Thursday, January 21, 2016

Bahasa Indonesia pembuatan proposal

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kanker payudara merupakan suatu jenis kanker yang dapat menyerang siapa saja baik kaum wanita maupun pria. Hingga kini kanker payudara masih menjadi momok terutama pada kaum wanita oleh karena kanker payudara ini diidentikkan  dengan sebuah keganasan yang dapat berakibat pada kematian. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada kantung dan atau saluran penghasil susu. Tingkat bahaya keganasan dan kanker pada payudara sama saja. Hanya saja, jumlah penderita kanker payudara lebih banyak (sekitar 90%) dibandingkan dengan penderita keganasan pada payudara (Soemitro, 2012).
Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 atau setiap jam terdapat 28 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175.000 atau setiap jam terdapat 19 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Amerika Serikat.Selain itu menurut NCI (National Cancer Institute) terdapat perkiraan kasus baru 232.340 wanita dan 2.240 pria sedangkan kasus kematian akibat kanker payudara sejumlah 39.620 wanita dan 410 pria (NCI, 2013)
Tidak ada satu pun penyebab yang spesifik dari kanker payudara sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini (Smeltzer & Bare, 2002).  Meskipun belum ada penyebab yang spesifik, terdapat beberapa faktor resiko yang dapat diidentifikasi secara dini sebagai kemungkinan terjadinya kanker payudara yaitu antara lain faktor risiko yang tidak dapat dihindari seperti usia dan riwayat genetis kemudian faktor risiko yang dapat dihindari yaitu seperti bekerja pada malam hari (Pamungkas, 2011). Oleh karena itu perlu adanya pengetahuan tentang upaya pencegahan maupun diagnosis dini pada kanker payudara.
Pengetahuan perempuan tentang risiko dan manfaat dari deteksi dini kanker payudara berpengaruh positif terhadap keyakinan mereka tentang kesehatan, sikap, dan perilaku, sehingga perawatan kesehatan professional dapat mengembangkan program kesehatan payudara yang efektif (Erbil, 2012). Dengan adanya pengetahuan yang cukup diharapkan para remaja akan mampu memotivasi diri mereka untuk melakukan tindakan yang berkaitan dengan upaya pencegahan dini. Faktor-faktor risiko tersebut dapat membahayakan, ketika tindakan pencegahan melalui deteksi dini ini tidak dilakukan.Hal ini perlu dilakukan karena kebanyakan kasus baru kanker payudara yang ditemukan  sudah berada pada stadium lanjut sehingga ini sangat mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien. Berdasarkan data dari rekam medis Dharmais Hospital National Cancer Center tahun 2010sendiri, kanker payudara menduduki peringkat pertama dari sepuluh kanker terbesar.Hampir 85% pasien kanker payudara datang ke rumah sakit dalam keadaan stadium lanjut.Selain itu di Indonesia ditemukan lebih dari 80% kasus berada pada stadium lanjut, sehingga upaya pengobatan mencapai kesembuhan sulit dilakukan (Perhimpunan Onkologi Indonesia, 2010).Berdasarkan hasil penelitian di Yaman, mayoritas peserta pernah mendengarkan tentang kanker namun pengetahuan dan pemahaman mereka tentang penyakit ini sangat rendah.Metode yang paling dikenal dalam melakukan deteksi kanker payudara adalah periksa payudara sendiri, namun kebanyakan dari mereka tidak pernah mempraktikkannya karena kurang pengetahuan tentang teknik pemeriksaannya (Ahmed, 2010).
Salah satu upaya deteksi dini yang dapat dilakukan secara mandiri yaitu dengan perilaku periksa payudara sendiri (SADARI).Sadari adalah salah satu teknik pemeriksaan sebagai upaya deteksi dini benjolan payudara terutama kanker payudara.Meskipun prosedurnya sederhana dan memerlukan sedikit waktu namun ini harus dilakukan dengan sikap yang benar untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Rosemary, dkk 2011).American cancer society dalam proyek breast cancer screening mengajurkan untuk mendapatkan kasus dini pada asymptomatic woman (wanita yang tidak ada keluhan) agar melakukan sadari pada usia> 20 tahun. Sadari merupakan pemeriksaan payudara yang mudah jika dibandingkan dengan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan maupun mammografi karena terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat pengetahuan kanker payudara dan dengan perilaku sadari (Lubis, 2010).Umumnya kanker payudara terdeteksi pertama kali oleh penderitanya sendiri, sehingga pemeriksaan payudara sendiri perlu dilakukan rutin setiap bulan oleh para wanita (Lorna Ting Kang Ni, 2010).
Bertolak dari pemikiran tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Pengetahuan Tentang Kanker Payudara dengan Cara Melakukan Periksa Payudara Sendiri (SADARI)” yang diharapkan mengetahui serta mampu melakukan pemeriksaan tersebut sebagai usaha deteksi dini kanker payudara.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan antara Pengetahuan Tentang Kanker Payudara dengan Cara Periksa Peyudara Sendiri (SADARI)”
C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Mengidentifikasi Hubungan antara Pengetahuan Tentang Kanker Payudara dengan Cara Sadari.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengidentifikasi tingkat pengetahuan tentang kanker payudara.
b.      Mengidentifikasi tentang cara Sadari.
c.       Menganalisis hubungan antara pengetahuan tentang kanker payudara dengan cara Sadari.
D.    Manfaat Penelitian
1.      Manfaat bagi profesi
Menjadi sumber informasi yang sangat penting bagi profesi perawat sehingga mendapat wawasan dan pengetahuan dalam menjalankan tugas profesi keperawatan demi menurunkan angka kejadian penyakit kanker payudara yang diakibatkan karena tidak adanya perilaku sadari.
2.      Manfaat bagi klien
Untuk megubah pengetahuan tentang kanker payudara dan meningkatkan  perilaku periksa sadari sebagai deteksi dini kanker payudara.

3.      Manfaat bagi peneliti
Merupakan pengalaman berharga sebagai wadah untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama proses perkuliahan.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Konsep Kanker Payudara
1.    Defnisi Kanker Payudara
Kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan payudara abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya tumbuh infiltratif dan destruktif dan dapat bermetastase.Tumor ini tumbuh progresif, dan relatif cepat membesar (FKUI Bagian Ilmu Bedah, 2002).
Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada kantung dan atau saluran penghasil susu. Tingkat bahaya keganasan dan kanker pada payudara sama saja. Hanya saja, jumlah penderita kanker payudara lebih banyak (sekitar 90%) dibandingkan dengan penderita keganasan pada payudara (Soemitro, 2012).
Pada stadium awal tidak ada keluhan sama sekali hanya seperti fibroadenoma atau fibrokistik disease yang kecil saja. Bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata, konsistensi padat keras (FKUI Bagian Ilmu Bedah, 2002).
Pada stadium yang lebih lanjut dapat menimbulkan kelainan pada kulit berupa infiltrasi, retraksi putting susu melekat pada kulit, seperti kulit jeruk, benjolan-benjolan kecil di kulit sampai dapat dijumpai ulserasi atau basah diatas tumor. Dapat bermetastase jauh ke paru-paru, hepar, dan tulang dan lain-lain dengan segala macam akibatnya sampai kepada yang fatal (FKUI Bagian Ilmu Bedah, 2002).


2.    Etiologi Kanker Payudara
Tidak ada satu pun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan-perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein baik yang menekan atau meningkatkan perkembangan kanker payudara. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam kanker payudara.Dua hormon ovarium utama estradiol dan progesteron mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara (Smeltzer & Bare, 2002).
3.    Faktor-faktor Risiko Kanker Payudara
Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui, para peneliti telah menidentifikasi sekelompok faktor risiko.Faktor ini penting dalam mengembangkan program-program pencegahan (Smeltzer & Bare, 2002).
Faktor risiko adalah sesuatu yang mempengaruhi kesempatan seseorang untuk mengidap  penyakit seperti kanker. Yang memebedakan setiap kanker adalah faktor risiko.Faktor risiko kanker payudara terbagi dalam dua kelompuk besar, yaitu faktor risiko yang tidak dapat dirubah dan faktor risiko yang dapat dirubah (Pamungkas, 2011).


a.    Faktor risiko yang tidak dapat dihindari
1)   Gender
Tampaknya wanita adalah risiko utama dari kanker payudara ini. Pria juga bias mengidap kanker payudara, namun perbandingannya adalah seratus berbanding satu wanita yang terkena kanker payudara dibandingkan dengan pria (Pamungkas, 2011).
2)   Usia
Peluang mengidap kanker payudara meningkat pada wanita ynag usianya sudah tua. Sekitar satu dari delapan penderita kanker payudara invasif ditemukan pada wanita yang berusia dibawah 45 tahun, sedangkan dua dari tiga wanita yang mengidap kanker payudara invasive berusia 55 tahun ke atas ketika kanker tersebut terdeteksi (Pamungkas, 2011).
3)   Riwayat Genetik
Gen yang kacau dapat diwariskan orang tua kepada nak-anaknya melalui transmisi autosom resesif atau autosom dominan. Jika kedua orang tua mempunyai. Gen yang abnormal, semua gen yang abnormal diwariskan kepada keturunan mereka akan menjadi malignan, dan jenis ini akan diwariskan pada keturunan berikutnya atau resesif autosom (Baradero, dkk, 2007).
Resiko kanker payudara akan lebih tinggi pada wanita yang memiliki ikatan darah dengan keluarga yang pernah menderita kanker ini. Keluarga bias berasal dari keluarga ibu atau ayah (Pamungkas, 2011). Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung) dari wanita dengan kanker payudara, resiko meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker sebelum berusia 60 tahun; risiko meningkat 4 sampai 6 kali jika kanker payudara terjadi pada dua orang saudara lansung (Smeltzer & Bare, 2002).
4)   Riwayat pribadi
Seorang wanita yang mengalami kanker payudara pada satu payudaranya mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menderita kanker baru pada payudara lainnya atau pada bagian lain dari payudara yang sama (Pamungkas, 2011). Risiko mengalami kanker payudara pada payudara sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahun.(Smeltzer & Bare, 2002).
5)   Ras
Wanita kulit putih kemungkinan kecil menderita kanker payudara dibandingkan wanita Afrika-Amerika. Dan, wanita Afrika-Amerika kemungkinan akan meninggal karena kanker ini. Alasan yang tampaknya paling mungkin adalah karena wanita Afrika-Amerika mempunyai tumor yang tumbuhnya lebih cepat.Sedangkan wanita Asia, Hispanik, dan India Amerika mempunyai resiko kanker payudara yang lebih rendah (Pamungkas, 2011).
6)   Tingkat ketebalan jaringan payudara
Jaringan payudara yang tebal menandakan terdapatnya jaringan kelenjar yang lebih banyak dan jaringan lemak yang sedikit.Wanita dengan jaringan payudara yang lebih tebal mempunyai resiko kanker payudara yang lebih tinggi. Jaringan payudara yang tebal bias juga membuat para dokter lebih sulit untuk menyoroti masalah-masalah pada saat menggunakan mammogram (Pamungkas, 2011).
7)   Periode Menstruasi
Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun. Selain itu menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita yang telah menjalani ooferoktomi bilateral sebelum sebelum usia 35 tahun mempunyai risiko sepertiganya (Smeltzer & Bare, 2002).
8)   Radiasi payudara
Wanita yang ketika anak-anak atau remaja menjalani terapi radiasi pada area dada sebagai perawatan terhadap kanker yang lain (seperti penyakit hodgnik atau limfoma, bukan Hodgkin) secara signifikan akan mengalami peningkatan resiko ini bervariasi pada usia pasien pada saat menjalani radiasi (Pamungkas, 2011).
Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun beresiko hampir dua kali lipat (Smeltzer & Bare, 2002)
9)   Riwayat penyakit payudara jinak
Wanita yang didiagnosis mengalami kondisi payudara jinak tertentu mungkin bisa meningkatkan risiko kanker payudara.Sebagian dari kondisi ini sangatlah berkaitan erat dengan risiko kanker payudara dibandingkan dengan yang lain (Pamungkas, 2011).Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel proliferatif mempunyai mempunyai risiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara; wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai risiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini (Smeltzer & Bare, 2002).
10)         Nulipara usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama.
Wanita yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara disbanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama mereka pada usia sebelum 20 tahun (Smeltzer & Bare, 2002).
b.      Faktor risiko yang dapat dihindari
1)   Tidak mempunyai anak atau mempunyai anak pada saat berusia tua.
Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai risiko untuk mengalami kanker payudara disbanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama mereka pada usia sebelum 20 tahun (Smeltzer & Bare, 2002). Menjadi hamil lebih dari satu kali dan pada usia produktif kehamilan bisa mengurangi risiko terkena payudara. Kehamilan mengurangi jumlah total siklus menstruasi seumur hidup wanita, yang mungkin menjadi alasan dari efek ini (Pamungkas, 2011).
2)   Menggunakan pil pengontrol kehamilan
Beberapa kajian telah menemukan bahwa wanita yang menggunakan pil pengontrol kehamilan mempunyai risiko sedikit lebih tinggi terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak pernah menggunakannya.Wanita yang berhenti menggunakan pil ini lebih dari sepuluh tahun yang lalu tampaknya tidak mempunyai peningkatan risiko.Karena itu, sangatlah baik untuk membicarakan hal ini dengan dokter tentang risiko dan manfaat pil pengontrol kehamilan (Pamungkas, 2011).
3)   Terapi hormone post-menopause (PHT)
Terapi hormone post-menopause (yang juga dikenal sebagai terapi penggantian hormone atau HRT), telah digunakan selama bertahun-tahun untuk membantu mencegah penipisan tulang (osteoporosis).Bagi wanita yang masih mempunyai uterus, umumnya dokter meresepkan estrogen dan progesteron (yang dikenal sebagai PHT berkombinasi).Estrogen sendiri bisa meningkatkan resiko kanker payudara, sehingga progesteron ditambahkan untuk membantu mencegah hal ini (Pamungkas, 2011).
4)   Tidak memberikan ASI
Sebagian kajian telah menunjukkan bahwa pemberian ASI bisa mengurangi risiko terkena kanker payudara, khususnya jika pemberian ASI tersebut berlangsung satu setengah hingga dua tahun. Hal ini terjadi karena pemberian ASI mengurangi jumlah total periode menstruasi wanita, seperti halnya pada saat menjalani kehamilan (Pamungkas, 2011).
5)   Mengkonsumsi alkohol
Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita yang mengkonsumsi alkohol bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari.Risikonya dua kali lipat diantara wanita yang minum alkohol tiga kali sehari. Beberapa temuan riset menunjukkan bahwa wanita muda yang minum alkohol lebih rentan untuk mengalami kanker payudara pada tahun-tahun terakhirnya (Smeltzer & Bare, 2002)
6)   Obesitas
Mempunyai berat badan berlebih atau obesitas bisa juga dikaitkan dengan peningktan risiko kanker payudara yang lebih tinggi, khususnya bagi wanita setelah mengalami perubahan kehidupan (menopause) dan jika perolehan berat badan tersebut terjadi selama masa dewasa (Pamungkas,2011).
7)   Bekerja pada malam hari
Beberapa kajian menunjukkan bahwa wanita yang bekerja malam, seperti perawat saat gentian kerja atau keluar malam, mempunyai resiko terkena kanker payudara lebih tinggi.Ini adalah penemuan yang agak mutakhir, dan beberapa kajian telah dilakukan untuk melihat persoalan ini (Pamungkas, 2011).
4.    Tipe Kanker Payudara
Ada beberapa jenis kanker payudara, kanker payudara, meskipun sebagian diantaranya sangat jarang terjadi.Kadang tumor payudara bisa menjadi campuran dari beberapa jenis ini atau bahkan campuran dari kanker invasive dengan kanker in situ. Berikut ini adalah beberapa jenis kanker payudara :
a.    Ductal karsinoma in situ (DCIS)
Jenis kanker ini paling umum dari kanker payudara yang tidak berbahaya (non invasive). DCIS berarti bahwa kankernya hanya terjadi dalam duct (tabung kecil yang membawa susu dari lobula ke putting). Kanker ini tidak meluas melalui dinding-dinding duct ke jaringan payudara. Hampir msemua wanita yang mengalami kanker pada tahap ini bisa diobati dngan baik. Sering kali, cara tebaik untuk menentukan DCIS awal adalah menggunakan mammogram.
b.    Lobular carcinoma in situ (LCIS)
Kondisi ini bermula dari kelenjar-kelenjar yang berperan dalam memproduksi susu, tapi tidak melalui dinding lobula. Meskipun bukan kanker yang sebenarnya wanita yang mengalami hal ini akan mendapatkan resiko kanker payudara dikemudian hari. Karena itulah, sangat penting bagi wanita yang mengalami hal ini untuk memeriksakan diri dengan mammogram secara teratur.
c.    Invasive (infiltrating) ductal carcinoma (IDC)
Ini adalah jenis kanker payudara paling sering terjadi. Kanker ini bermula dari jalannya susu atau pada duct, menerobos diding duct, dan menyerang jaringan payudara. Dari sini, kanker mungkin menyebar ke bagian-bagian tubuh yang lain. Kanker ini meliputi sekitar delapan diluar sepuluh kanker payudara yang membahayakan.
d.   Invasive (infiltrating) lobular carcinoma (ILC)
Kanker jenis ini bermula dari kelenjar susu atau lobula. Ia bisa menyebar ke bagian-bagian tubuh yang lain. Sekitar satu diluar sepuluh kanker payudara membahayakan dari jenis ini (Pamungkas, 2011).
Adapun beberapa jenis kanker payudara yang jarang terjadi, namun ada kalanya sangatlah membahayakan, sehingga memerlukan pemahaman dan perhatian yang saksama. Berikut ini adalah jenis kanker yang jarang terjadi yaitu antara lain Inflamatorry Breast Cancer (IBC), Medularry CarcinomaKarsinoma metaplasis, Karsinoma koloid, paget disease of the nipple, Karsinoma tubular, Karsinoma papiler, Karsinoma kista adenoid, dan Angiosarkoma (Pamungkas, 2011).
5.    Stadium Kanker Payudara
System klasifikasi TNM American Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7, untuk kanker payudara
a.    Tumor primer
Tabel 2.1 sistem klasifikasi TNM untuk kanker payudara
Tumor Primer (T)
Batasan
Tx
T0
Tis
Tis (DCIS)
Tis (LCIS)
Tis (Paget’s)

Tumor primer tidak dapat dinilai
Tidak ada bukti tumor primer
Karsinoma insitu
Duktal karsinoma in situ
Lobular karsinoma in situ
Paget’s disease pada putting payudara tanpa tumor
Sumber : Perhimpuanan Onkologi Indonesia, 2010
Paget’s disease yang berhubungan dengan tumor diklasifikasikan berdasarkan ukuran tumor.
Tabel 2.2  Klasifikasipaget’s disease berdasarkan ukuran tumor
Tumor
Ukuran
T1

T1 mi
T1a

T1b

T1c

T2

T3

T4



T4a

T4b



T4c
T4d
Tumor ≤ 20 mm pada dimensi ter kanker payudara
Tumor ≤ 1 mm pada dimensi terbesar
Tumor > 1 mm tetapi ≤ 5 mm pada dimensi terbesar
Tumor > 5 mm tetapi ≤ 10 mm pada dimensi terbesar
Tumor > 10 mm tetapi ≤ 20 mm pada dimensi terbesar
Tumor  > 20 mm tetapi ≤ 50 mm pada dimensi terbesar
Tumor berukuran > 50 mm pada dimensi terbesar
Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada dan atau kulit (ulserasi atau skin nodule). Catatan invasi ke dermis saja tidak termasuk T4
Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk otot pectoralis
Ulserasi dan atau ipsilateral satellite skin nodules dan atau edema (termasuk peaud’orange) pada kulit, yang tidak termasuk kriteria inflammatory carcinoma
Gabungan T4a dan T4b
Inflamatorry carcinoma
Sumber : Perhimpuanan Onkologi Indonesia, 2010
b.   Kelenjar getah bening regional (N)
Tabel 2.3 sistem klasifikasi TNM untuk kanker payudara
Nodule
Batasan
Nx

N0

N1

N2





N2a


N2b



N3










N3a


N3b


N3c
Kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai (misalnya sudah diangkat)
Tidak ada metastasis pada kelenjar getah bening regional
Metastasis pada kelenjar getah bening aksila ipsilateral level 1-2 yang masih dapat digerakkan
Metastasis pada kelenjar getah bening aksila ipsilateral level 1-2 yang terfiksir atau matted, atau kelenjar getah bening mamaria interna yang terdeteksi secara klinis jika tidak terdapat metastasis kelenjar getah bening aksila secara klinis
Metastasis pada kelenjar getah bening aksila ipsilateral level 1-2 yang terfiksir satu sama lain (matted) ateu terfiksir pada struktur lain
Metastasis hanya pada kelenjar getah bening mammaria interna yang terdeteksi secara klinis dan jika tidak terdapat metastasis kelenjar getah bening aksila secara klinis
Metastasis pada kelenjar getah bening infraklavikula ipsilateral level 3 dengan atau tanpa keterlibatan kelenjar getah bening aksila level 1-2, atau pada kelenjar getah bening mammaria interna ipsilateral yang terdeteksi secara klinis dan jika terdapat metastasis kelenjar getah bening ke aksila level 1-2 secara klinis; atau metastasis pada kelenjar getah bening supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan kelenjar getah beningaksila atau mammaria interna.
Metastasis pada kelenjar getah bening mammaria interna ipsilateral dan kelenjar getah bening infraklavikula ipsilateral.
Metastasis pada kelenjar getah bening mammaria interna ipsilateral dan kelenjar getah bening aksila.
Metastasis pada kelenjar getah bening supraklavikula ipsilateral
Sumber : Perhimpuanan Onkologi Indonesia, 2010
c.    Metastasis jauh (M)
Tabel 2.4 sistem klasifikasi TNM untuk kanker payudara
Metastasis
Batasan
Mx
M0
M1
Metastasis jauh tidak dapat dinilai
Tidak terdapat metastasis jauh
Metastasis jauh
Sumber : Perhimpuanan Onkologi Indonesia, 2010
d.   Pengelompokkan stadium (stage grouping) AJJC 2010
Tabel 2.5 Pengelompokkan stadium kanker payudara
Stadium
T
N
M
Stadium 0
Stadium IA
Stadium IB

Stadium IIA


Stadium IIB

Stadium IIIA




Stadium IIIB


Stadium IIIC
Stadium IV
Tis
T1
T0
T1
T0
T1
T2
T2
T3
T0
T1
T2
T3
T3
T4
T4
T4
Setiap T
Setiap T
N0
N0
N1
N1
N1
N1
N0
N1
N0
N2
N2
N2
N1
N2
N0
N1
N2
N3
Setiap N
M0
M0
Mi, M0
Mi, M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1
Sumber : Perhimpuanan Onkologi Indonesia, 2010
6.    Gejala klinis
Menurut Nugroho (2011) Gejala klinis kanker payudara dapat berupa :
a.    Benjolan pada payudara
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu
b.    Erosi atau eksema putting
c.    Kulit atau putting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda tau kecoklat-coklatan sampai menjadi edema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau d’orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu semakin lama semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk dan mudah berdarah.
d.   Perdarahan pada putting susu
e.    Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang
f.     Timbul pembesaran getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut :
a.       Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara)
b.      Adanya nodul satelit pada kulit payudara
c.       Kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa
d.      Terdapat model parasternal
e.       Terdapat nodul supraklavikula
f.       Adanya edema lengan, adanya metastasis jauh, serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advance, yaitu ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding thoraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih dari 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.
7.    Diagnosis
Diagnosa pasti kanker payudara hanya dengan pemeriksaan histologi. Bahan pemeriksaan diambil dengan cara:
1)   Eksisional biopsi, kemudian diperiksa potong beku ini untuk kasus-kasus yang diperkirakan masih operable atau stadium dini.
2)   Insisional biopsi cara ini untuk kasus-kasus ganas yang sudah inoperable atau lanjut.
Cara lain yaitu dengan FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy). Suatu pemeriksaan sitopatologi.Cara ini memerlukan keahlian khusus dalam pembacaan dan ketepatan di dalam mengambil aspiratnya. Ketepatan hasil FNAB cukup tinggi di tangan yang ahli (ahli sitopatologi) dan tepat cara pengambilannya.
8.    Pengobatan kanker payudara
Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium dini penyakit:
a.    Pengobatan lokal kanker payudara
Tujuan utama terapi lokal adalah menyingkirkan adanya kanker lokal.Prosedur yang paling sering digunakan untuk penatalaksanaan kanker payudara lokal adalah mastektomi dengan atau tanpa rekonstruksi dan bedah penyelamatan payudara yang dikombinasi dengan terapi radiasi (FKUI Bagian Ilmu Bedah, 2002).
Menurut Nugroho (2011) Terdapat tiga jenis mastektomi yaitu :
1)   Modified radical mastectomy
Mastektomi radikal yang dimodifikasi yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara di tulang dada, tulang selangka, dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak
2)   Total (simple) Mastectomy
Total mastectomy yaitu pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak
3)   Radical mastectomy
Radikal mastektomi yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara
a.         Terapi radiasi
Penyinaran atau radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
b.      Kemoterapi
Kemoterapi adalah pross pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tibuh.Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
c.       Terapi hormon
Hal ini dikenal sebagai terapi anti-estrogen yang sistem kerjanya memblok kemampuan hormon estrogen yang ada dalam menstimulus perkembangan kanker payudara.
d.      Pengobatan herpectin
Pengobatan herpectin adalah therapy biological yang dikenal efektif melawan HER2 positif pada wanita yang mengalami kanker payudara stadium II, III, dan IV dengan penyebaran sel kankernya.
9.    Prognosis kanker payudara
Prognosis kanker payudara ditentukan oleh :
a.       Staging (TNM) semakin dini semakin baik prognosisnya
Stadium I              : 90-80%
Stadium II                         : 70-50%
Stadium III           : 20-11%
Stadium IV           : 0%
Untuk stadium 0 (in situ) 96,2%
b.      Jenis histopatologik keganasan
Carsinoma in situ mempunyai prognosis yang baik dibandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif.
Suatu kanker yang disertai oleh gambaran peradangan dinamakan mastitis karsinomatosa, ini mempunyai prognosis yang sangat buruk.Harapan hidup 2 tahun hanya ± 5%.Tepat tidaknya tindakan terapi yang diambil berdasarkan staging sangat mempengaruhi prognosis.
10.     Strategi pencegahan
Menurut Nugroho (2011) strategi pencegahan kanker payudara dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu :
a.       Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai berbagai factor resiko dan melaksanakan pola hidup sehat.Pencegahan primer ini juga bisa berupa sadari yang dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.
b.      Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara..pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu skrining dengan mammografi tetap dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain :
1)      Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk assessment survey
2)      Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk melakukan mammografi setiap tahun
3)      Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan sadari dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas sadari untuk mendeteksi kanker payudara 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%.

c.       Pencegahan tersier
Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara .penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadium payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup mati. Pencegahan ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan.Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banya terhadap ketahanan hidup penderita.Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika.Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.
B.  Konsep Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
1.    Definisi SADARI
Periksa payudara sendiri (SADARI) merupakan langkah awal untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara.Dimana sadari sebaiknya dilakukan seminggu setelah selesai haid. Sadari dilakukan pada usia 20-30 tahun, minimal tiap tiga bulan sekali, tetapi akan lebih baik dilakukan sebulan sekali setelah selesai haid. Sadari adalah bagian penting dari perawatan kesehatan, yang dapat melindungi dari risiko terkena kanker payudara.Untuk mendeteksi kanker payudara stadium dini sangat mudah, dengan melakukan sadari, dapat diketahui secara dini terjadinya kanker payudara.Sadari dapat dilakukan di rumah, cukup beberapa menit dan sebulan sekali setelah selesai haid.Sadari sebaiknya dilakukan seminggu setelah menstruasi, karena pada saat selesai menstruasi kondisi payudara lunak dan longgar, sehingga dapat memudahkan perabaan (Lubis, 2008).
American cancer society dalam proyek breast cancer screening mengajurkan untuk mendapatkan kasus dini pada asymptomatic woman (wanita yang tidak ada keluhan) agar melakukan yaitu :(FKUI Bagian Ilmu Bedah, 2002).
a.       Wanita > 20 tahun melakukan sadari setiap bulan
b.      Wanita 20-40 tahun; setiap 3 tahun memeriksakan diri ke dokter
c.       Wanita > 40 tahun; setiap 1 tahun
d.      Wanita 35-40 tahun; dilakukan base line mammografi
e.       Wanita < 50 tahun; konsul ke dokter untuk kepentingan mammografi
f.       Wanita > 50 tahun; setiap tahun mammografi.
2.    Manfaat Sadari
Manfaat sadari adalah untuk mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan pada payudara karena kanker payudara pada hakikatnya dapat diketahui secara dini oleh para wanita usia subur. Setiap wanita mempunyai bentuk dan ukuran payudara yang berbeda, bila wanita memeriksakan payudara sendiri secara teratur, setiap bulan setelah haid, wanita dapat merasakan bagaimana payudara wanita yang normal.Bila ada perubahan tentu wanita dapat mengetahuinya dengan mudah (Lubis, 2008).

3.    Teknik melakukan sadari
Berdasarkan hasil penelitian di Iraq, terdapat 90,09% orang pernah mendengar tentang sadari dengan sumber informasi yang utama adalah televisi, namun hanya terdapat 48,3% yang mempraktikan sadari dengan alasan kurangnya pengetahuan tentang bagaimana melakukan teknik sadari yang benar (Alwan,dkk 2012). Berikut cara/teknik melakukan sadari :
a.       Berdiri di depan cermin dengan badan bagian atas terbuka (dada terbuka)
1)      Lengan ke bawah, bandingkan payudara kanan dan kiri, besarnya dan simetrisnya
2)      Putting susu, dilihat sama besar atau sama tinggi atau sama bentuk atau tidak
3)      Lengan di atas kepala, bandingkan payudara kanan dan kiri, besarnya dan simetrisnya, kadang-kadang dalam gerakan lengan ke atas dapat dilihat bayangan tumor di bawah kulit ikut bergerak.
b.      Tekan tangan dengan kuat pada pinggang dan agak membungkuk sambil menarik bahu dan siku kea rah depan, perhatikan setiap perubahan kontur payudara
c.       Angkat lengan kiri , gunakan 3-4 jari tangan kanan untuk meraba payudara kiri dengan kuat, hati-hati, dan menyeluruh, mulailah pada tepi luar, tekan bagian datar dari jari tangan anda dalam lingkaran kecil bergerak melingkar dengan lambat di sekitar payudara. Secara bertahap lakukan kearah putting susu. Beri perhatian khusus pada area diantara payudara dan di bawah lengan itu sendiri, rasakan adanya benjolan atau massa yang tidak lazim di bawah kulit.
d.      Dengan perlahan remas putting susu dan perhatikan terhadap adanya cairan, jika terdapat cairan dari putting susu selama sebulan yang terjadi ketika anda sedang atau tidak melakukan sadari temuilah dokter. Ulangi pemeriksaan pada payudara kanan
e.       Berbaringlah mendatar terlentang dengan lengan kiri anda di atas kepala anda dan sebuah bantal atau handuk yang dilipat dibawah bahu kiri (posisi ini akan mendatarkan payudara sehingga memudahkan untuk melakukan pemeriksaan). Gunakan gerakan sirkuler dan ulangi pada payudara kanan anda.










BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A.  Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1:
       Variabel Independen                                              Variabel dependen
Tingkat pengetahuan tentang kanker payudara
Perilaku periksa payudara sendiri (SADARI)
 




Keterangan :
                                       : Variabel yang diteliti
                                       : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
B.  Hipotesis
Ho :       Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang kanker payudaradengan perilaku periksa payudara sendiri (SADARI)
Ha :       Ada hubungan antara pengetahuan tentang kanker payudaradengan perilaku periksa payudara sendiri (SADARI)

C.  Definisi Operasional

Variabel


Definisi Operasional


Kriteria Objektif

Alat ukur

Skala
Independen
Pengetahuan tentang kanker payudara







Dependen
Perilaku periksa payudara sendiri (SADARI)

kemampuan seseorang (mahasiswi semester IV) untuk menjawab berdasarkan pengetahuan tentang kanker payudara



upaya untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara dengan cara melihat, memijat, dan meraba payudara sendiri

Tingkat pengetahuan tentang kanker payudara
a.       Tinggi : Skor 77-100
b.      Sedang : Skor 52-76
c.       Rendah : skor < 52


Identifikasi perilaku periksa payudara sendiri (SADARI)
a.       Baik : Skor 76-100
b.      Cukup baik : 56-75
c.       Kurang baik : < 56

Kuesioner











Kuesioner

Ordinal











Ordinal





















BAB IV
METODE PENELITIAN
A.  Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional, dimana peneliti hanya melakukan observasi dan pengukuran variable pada suatu saat tertentu saja, artinya setiap subjek hanya dikenai satu kali pengukuran (Saryono, 2010).
B.  Tempat dan Waktu Penelitian
1.        Tempat penelitian
Penelitian akan dilakukan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UNSRAT Manado
2.        Waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 03 Juni – 14 juni tahun 2013
C.  Populasi dan Sampel
1.        Populasi
Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi karakteristik populasi yang ditentukan (Nursalam, 2008).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi semester IV Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNSRAT.
2.        Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu total sampling dimana seluruh mahasiswi semester IV Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNSRAT.

D.  Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1.        Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2008)
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a.       Mahasiswi semester IV Pogram Studi Ilmu Keperawatan FK UNSRAT
b.      Responden yang bersedia menjadi sampel penelitian
2.        Kriteria eksklusif adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2008)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu :
a.       Responden yang tidak ada ditempat saat penelitian berlangsung
b.      Mahasiswi program lanjutan (ekstensi) semester IV
c.       Responden yang telah menikah
E.  Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrument yang digunakan adalah kuesioner yang berisi pernyataan untuk mengidentifikasi  pengetahuan responden tentang kanker payudara, dan kuesioner untuk mengidentifikasi perilaku responden terhadap periksa payudara sendiri (SADARI)
1.      Kuesioner untuk menidentifikasi pengetahuan responden tentang kanker payudara yang terdiri dari 20 pernyataan dengan kategori  benar, salah, dan tidak tahu. System skoring adalah diberikan skor 3 jika jawaban responden benar, skor 2 jika jawaban responden salah dan 1 jika jawaban responden tidak tahu/ tidak mengisi, yang artinya sebagai berikut :

Table 4.1 Skor penilaian pengetahuan tentang kanker payudara
Jawaban
Positif
Negatif
Benar
Salah
Tidak tahu
3
2
1
2
3
1

Poin total adalah 60. Nilai yang didapat responden akan dihitung dengan menggunakan rumus :
Nilai = (skor total/poin total) × 100%
 



                                                                                                              
       Skor tingkat pengetahuan :
a.   Tinggi : 77 – 100
b.  Sedang : 52 – 76
c.   Rendah : < 52
2.      Kuesioner untuk menidentifikasi tentang perilaku periksa payudara sendiri (SADARI) yang terdiri dari 13 pertanyaan yang diberikan skor sebagai berikut :



Table 4.2 skor penilaian perilaku SADARI

Skala
Selalu
Kadang
Tidak pernah
Positif
Negative
3
1
2
2
1
3

Point total adalah 42. Nilai yang didapat responden akan dihitung dengan menggunakan rumus :
Nilai = (skor total/poin total) × 100%
 



                        Skoring kuesioner perilaku SADARI :
a.       Baik : 76 – 100%
b.      Cukup baik : 56 – 75%
c.       Kurang baik : < 56%
F.   Prosedur pengambilan data
1.      Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sampel penelitian dan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner.



2.      Data sekunder
Data sekunder adalah data pendukung yang didapatkan dari pihak akademik yang berupa data kemahasiswaan Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNSRAT.
G. Pengolahan dan Analisa Data
1.      Pengolahan data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan melalui tahap sebagai berikut :
a.       Editing (pemeriksaan kembali) yaitu setelah data terkumpul dilakukan editing untuk mengecek kelengkapan, kesinambungan dan keseragaman untuk menjamin validitas data.
b.      Koding (pengkodean) yaitu pemberian symbol atau pengkodean jawaban responden untuk memudahkan dalam pengolahan data.
c.       Processing (proses/enteri data) yaitu melakukan enteri data dari kuesioner kedalam paket program computer yaitu program SPSS versi
d.      Cleaning (pembersihan data) yaitu pengecekan kembali data yang sudah dienteri apakah ada kesalahan atau tidak
2.      Analisa Data
a.       Analisis univariat
Analisis univariat, data diperoleh dari hasil pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik (Saryono, 2010). Dilakukan dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan setiap variable yang digunakan dalam penelitian untuk melihat distribusi, frekuensi untk memperoleh informasi secara umum tentang variable penelitian.
b.      Analisis bivariate
Analisis bivariate untuk melihat ada tidaknya hubungan antar variable independen yaitu pengetahuan tentang kanker payudara dengan variable dependen yaitu perilaku periksa payudara sendiri (SADARI).
Uji statistic yang dilakukan yakni uji korelasi non parametric yaitu spearman rankdengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05) dengan bantuan SPSS agar dapat mengetahui hubungan dua variable dengan skala ordinal.
H.  Etika Penelitian
Peneliti telah mengajukan permohonan izin kepada instansi akademik dalam hal ini Program Studi Ilmu Keperawatan. Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi sebagai berikut :
1.      Prinsip manfaat
a.       Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
b.      Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian harus dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan dan tidak merugikan subjek.

c.       Benefits ratio
Penelitian harus hati-hati mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.
2.      Prinsip menghargai hak-hak subjek
a.       Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden, harus dihargai dan subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak untuk memutuskan apakah bersedia menjadi subjek atau tidak.
b.      Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan, peneliti harus menjelaskan secara rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.
c.        Informed consent, dimanasubjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
d.      Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberi kode
e.       Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Data yang telah dikumpulkan disimpan dalam disket dan hanya bisa di akses oleh peneliti

No comments:

Post a Comment