BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker payudara merupakan suatu
jenis kanker yang dapat menyerang siapa saja baik kaum wanita maupun pria.
Hingga kini kanker payudara masih menjadi momok terutama pada kaum wanita oleh
karena kanker payudara ini diidentikkan
dengan sebuah keganasan yang dapat berakibat pada kematian. Kanker
payudara adalah keganasan yang terjadi pada kantung dan atau saluran penghasil
susu. Tingkat bahaya keganasan dan kanker pada payudara sama saja. Hanya saja,
jumlah penderita kanker payudara lebih banyak (sekitar 90%) dibandingkan dengan
penderita keganasan pada payudara (Soemitro, 2012).
Menurut WHO 8-9%
wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan kanker payudara sebagai
jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari
250.000 atau setiap jam terdapat 28 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di
Eropa dan kurang lebih 175.000 atau setiap jam terdapat 19 kasus baru kanker
payudara terdiagnosa di Amerika Serikat.Selain itu menurut NCI (National Cancer Institute) terdapat
perkiraan kasus baru 232.340 wanita dan 2.240 pria sedangkan kasus kematian
akibat kanker payudara sejumlah 39.620 wanita dan 410 pria (NCI, 2013)
Tidak ada satu pun penyebab yang
spesifik dari kanker payudara sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal,
dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini
(Smeltzer & Bare, 2002). Meskipun
belum ada penyebab yang spesifik, terdapat beberapa faktor resiko yang dapat
diidentifikasi secara dini sebagai kemungkinan terjadinya kanker payudara yaitu
antara lain faktor risiko yang tidak dapat dihindari seperti usia dan riwayat
genetis kemudian faktor risiko yang dapat dihindari yaitu seperti bekerja pada
malam hari (Pamungkas, 2011). Oleh karena itu perlu adanya pengetahuan tentang
upaya pencegahan maupun diagnosis dini pada kanker payudara.
Pengetahuan
perempuan tentang risiko dan manfaat dari deteksi dini kanker payudara
berpengaruh positif terhadap keyakinan mereka tentang kesehatan, sikap, dan
perilaku, sehingga perawatan kesehatan professional dapat mengembangkan program
kesehatan payudara yang efektif (Erbil, 2012). Dengan adanya pengetahuan yang cukup
diharapkan para remaja akan mampu memotivasi diri mereka untuk melakukan
tindakan yang berkaitan dengan upaya pencegahan dini. Faktor-faktor risiko
tersebut dapat membahayakan, ketika tindakan pencegahan melalui deteksi dini
ini tidak dilakukan.Hal ini perlu dilakukan karena kebanyakan kasus baru kanker
payudara yang ditemukan sudah berada
pada stadium lanjut sehingga ini sangat mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien.
Berdasarkan data dari rekam medis Dharmais
Hospital National Cancer Center tahun 2010sendiri, kanker payudara
menduduki peringkat pertama dari sepuluh kanker terbesar.Hampir 85% pasien
kanker payudara datang ke rumah sakit dalam keadaan stadium lanjut.Selain itu
di Indonesia ditemukan lebih dari 80% kasus berada pada stadium lanjut, sehingga
upaya pengobatan mencapai kesembuhan sulit dilakukan (Perhimpunan Onkologi
Indonesia, 2010).Berdasarkan hasil penelitian di Yaman, mayoritas peserta
pernah mendengarkan tentang kanker namun pengetahuan dan pemahaman mereka
tentang penyakit ini sangat rendah.Metode yang paling dikenal dalam melakukan
deteksi kanker payudara adalah periksa payudara sendiri, namun kebanyakan dari
mereka tidak pernah mempraktikkannya karena kurang pengetahuan tentang teknik
pemeriksaannya (Ahmed, 2010).
Salah satu upaya
deteksi dini yang dapat dilakukan secara mandiri yaitu dengan perilaku periksa
payudara sendiri (SADARI).Sadari adalah salah satu teknik pemeriksaan sebagai
upaya deteksi dini benjolan payudara terutama kanker payudara.Meskipun
prosedurnya sederhana dan memerlukan sedikit waktu namun ini harus dilakukan
dengan sikap yang benar untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Rosemary, dkk
2011).American cancer society dalam
proyek breast cancer screening
mengajurkan untuk mendapatkan kasus dini pada asymptomatic woman (wanita yang tidak ada keluhan) agar melakukan
sadari pada usia> 20 tahun. Sadari merupakan pemeriksaan payudara yang mudah
jika dibandingkan dengan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan maupun mammografi
karena terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat pengetahuan
kanker payudara dan dengan perilaku sadari (Lubis, 2010).Umumnya kanker
payudara terdeteksi pertama kali oleh penderitanya sendiri, sehingga
pemeriksaan payudara sendiri perlu dilakukan rutin setiap bulan oleh para
wanita (Lorna Ting Kang Ni, 2010).
Bertolak dari
pemikiran tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Pengetahuan
Tentang Kanker Payudara dengan Cara Melakukan Periksa Payudara Sendiri (SADARI)”
yang diharapkan mengetahui serta mampu melakukan pemeriksaan tersebut sebagai
usaha deteksi dini kanker payudara.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana Hubungan antara Pengetahuan Tentang Kanker Payudara dengan Cara
Periksa Peyudara Sendiri (SADARI)”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan
Umum
Mengidentifikasi
Hubungan antara Pengetahuan Tentang Kanker Payudara dengan Cara Sadari.
2. Tujuan
Khusus
a. Mengidentifikasi
tingkat pengetahuan tentang kanker payudara.
b. Mengidentifikasi
tentang cara Sadari.
c. Menganalisis
hubungan antara pengetahuan tentang kanker payudara dengan cara Sadari.
D.
Manfaat
Penelitian
1. Manfaat
bagi profesi
Menjadi sumber
informasi yang sangat penting bagi profesi perawat sehingga mendapat wawasan
dan pengetahuan dalam menjalankan tugas profesi keperawatan demi menurunkan
angka kejadian penyakit kanker payudara yang diakibatkan karena tidak adanya
perilaku sadari.
2. Manfaat
bagi klien
Untuk megubah
pengetahuan tentang kanker payudara dan meningkatkan perilaku periksa sadari sebagai deteksi dini
kanker payudara.
3. Manfaat
bagi peneliti
Merupakan pengalaman
berharga sebagai wadah untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam rangka
penerapan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama proses perkuliahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kanker Payudara
1. Defnisi Kanker Payudara
Kanker payudara
adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan payudara abnormal yang tidak
memandang jaringan sekitarnya tumbuh infiltratif dan destruktif dan dapat
bermetastase.Tumor ini tumbuh progresif, dan relatif cepat membesar (FKUI
Bagian Ilmu Bedah, 2002).
Kanker payudara adalah keganasan
yang terjadi pada kantung dan atau saluran penghasil susu. Tingkat bahaya
keganasan dan kanker pada payudara sama saja. Hanya saja, jumlah penderita
kanker payudara lebih banyak (sekitar 90%) dibandingkan dengan penderita
keganasan pada payudara (Soemitro, 2012).
Pada stadium awal tidak ada keluhan
sama sekali hanya seperti fibroadenoma atau fibrokistik
disease yang kecil saja. Bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan
tidak rata, konsistensi padat keras (FKUI Bagian Ilmu Bedah, 2002).
Pada stadium yang lebih lanjut
dapat menimbulkan kelainan pada kulit berupa infiltrasi, retraksi putting susu
melekat pada kulit, seperti kulit jeruk, benjolan-benjolan kecil di kulit
sampai dapat dijumpai ulserasi atau basah diatas tumor. Dapat bermetastase jauh
ke paru-paru, hepar, dan tulang dan lain-lain dengan segala macam akibatnya
sampai kepada yang fatal (FKUI Bagian Ilmu Bedah, 2002).
2.
Etiologi
Kanker Payudara
Tidak ada satu
pun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya serangkaian faktor
genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang
terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa perubahan
genetik berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan
perubahan-perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini
termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein baik yang
menekan atau meningkatkan perkembangan kanker payudara. Hormon steroid yang
dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam kanker payudara.Dua
hormon ovarium utama estradiol dan progesteron mengalami perubahan dalam
lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker
payudara (Smeltzer & Bare, 2002).
3.
Faktor-faktor
Risiko Kanker Payudara
Meskipun belum
ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui, para peneliti telah
menidentifikasi sekelompok faktor risiko.Faktor ini penting dalam mengembangkan
program-program pencegahan (Smeltzer & Bare, 2002).
Faktor risiko
adalah sesuatu yang mempengaruhi kesempatan seseorang untuk mengidap penyakit seperti kanker. Yang memebedakan
setiap kanker adalah faktor risiko.Faktor risiko kanker payudara terbagi dalam
dua kelompuk besar, yaitu faktor risiko yang tidak dapat dirubah dan faktor
risiko yang dapat dirubah (Pamungkas, 2011).
a. Faktor
risiko yang tidak dapat dihindari
1) Gender
Tampaknya wanita adalah
risiko utama dari kanker payudara ini. Pria juga bias mengidap kanker payudara,
namun perbandingannya adalah seratus berbanding satu wanita yang terkena kanker
payudara dibandingkan dengan pria (Pamungkas, 2011).
2) Usia
Peluang mengidap kanker
payudara meningkat pada wanita ynag usianya sudah tua. Sekitar satu dari
delapan penderita kanker payudara invasif ditemukan pada wanita yang berusia
dibawah 45 tahun, sedangkan dua dari tiga wanita yang mengidap kanker payudara
invasive berusia 55 tahun ke atas ketika kanker tersebut terdeteksi (Pamungkas,
2011).
3) Riwayat
Genetik
Gen yang kacau dapat
diwariskan orang tua kepada nak-anaknya melalui transmisi autosom resesif atau
autosom dominan. Jika kedua orang tua mempunyai. Gen yang abnormal, semua gen
yang abnormal diwariskan kepada keturunan mereka akan menjadi malignan, dan
jenis ini akan diwariskan pada keturunan berikutnya atau resesif autosom
(Baradero, dkk, 2007).
Resiko kanker payudara
akan lebih tinggi pada wanita yang memiliki ikatan darah dengan keluarga yang
pernah menderita kanker ini. Keluarga bias berasal dari keluarga ibu atau ayah
(Pamungkas, 2011). Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga
langsung) dari wanita dengan kanker payudara, resiko meningkat dua kali jika
ibunya terkena kanker sebelum berusia 60 tahun; risiko meningkat 4 sampai 6
kali jika kanker payudara terjadi pada dua orang saudara lansung (Smeltzer
& Bare, 2002).
4) Riwayat
pribadi
Seorang wanita yang
mengalami kanker payudara pada satu payudaranya mempunyai kesempatan yang lebih
besar untuk menderita kanker baru pada payudara lainnya atau pada bagian lain
dari payudara yang sama (Pamungkas, 2011). Risiko mengalami kanker payudara
pada payudara sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahun.(Smeltzer & Bare,
2002).
5) Ras
Wanita kulit putih
kemungkinan kecil menderita kanker payudara dibandingkan wanita Afrika-Amerika.
Dan, wanita Afrika-Amerika kemungkinan akan meninggal karena kanker ini. Alasan
yang tampaknya paling mungkin adalah karena wanita Afrika-Amerika mempunyai
tumor yang tumbuhnya lebih cepat.Sedangkan wanita Asia, Hispanik, dan India
Amerika mempunyai resiko kanker payudara yang lebih rendah (Pamungkas, 2011).
6) Tingkat
ketebalan jaringan payudara
Jaringan payudara yang
tebal menandakan terdapatnya jaringan kelenjar yang lebih banyak dan jaringan
lemak yang sedikit.Wanita dengan jaringan payudara yang lebih tebal mempunyai
resiko kanker payudara yang lebih tinggi. Jaringan payudara yang tebal bias
juga membuat para dokter lebih sulit untuk menyoroti masalah-masalah pada saat
menggunakan mammogram (Pamungkas, 2011).
7) Periode
Menstruasi
Risiko kanker payudara
meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun. Selain
itu menopause setelah usia 50 tahun
meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita
yang telah menjalani ooferoktomi bilateral sebelum sebelum usia 35 tahun
mempunyai risiko sepertiganya (Smeltzer & Bare, 2002).
8) Radiasi
payudara
Wanita yang ketika
anak-anak atau remaja menjalani terapi radiasi pada area dada sebagai perawatan
terhadap kanker yang lain (seperti penyakit hodgnik atau limfoma, bukan Hodgkin) secara signifikan akan
mengalami peningkatan resiko ini bervariasi pada usia pasien pada saat
menjalani radiasi (Pamungkas, 2011).
Pemajanan terhadap
radiasi ionisasi setelah setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun
beresiko hampir dua kali lipat (Smeltzer & Bare, 2002)
9) Riwayat
penyakit payudara jinak
Wanita yang didiagnosis
mengalami kondisi payudara jinak tertentu mungkin bisa meningkatkan risiko
kanker payudara.Sebagian dari kondisi ini sangatlah berkaitan erat dengan
risiko kanker payudara dibandingkan dengan yang lain (Pamungkas, 2011).Wanita
yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel proliferatif mempunyai
mempunyai risiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara; wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai risiko
empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini (Smeltzer & Bare, 2002).
10)
Nulipara usia maternal lanjut saat
kelahiran anak pertama.
Wanita yang mempunyai
anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai resiko dua kali lipat untuk
mengalami kanker payudara disbanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama
mereka pada usia sebelum 20 tahun (Smeltzer & Bare, 2002).
b. Faktor
risiko yang dapat dihindari
1) Tidak
mempunyai anak atau mempunyai anak pada saat berusia tua.
Nulipara dan usia
maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang mempunyai anak pertama
setelah usia 30 tahun mempunyai risiko untuk mengalami kanker payudara
disbanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama mereka pada usia sebelum
20 tahun (Smeltzer & Bare, 2002). Menjadi hamil lebih dari satu kali dan
pada usia produktif kehamilan bisa mengurangi risiko terkena payudara.
Kehamilan mengurangi jumlah total siklus menstruasi seumur hidup wanita, yang
mungkin menjadi alasan dari efek ini (Pamungkas, 2011).
2) Menggunakan
pil pengontrol kehamilan
Beberapa kajian telah
menemukan bahwa wanita yang menggunakan pil pengontrol kehamilan mempunyai
risiko sedikit lebih tinggi terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang
tidak pernah menggunakannya.Wanita yang berhenti menggunakan pil ini lebih dari
sepuluh tahun yang lalu tampaknya tidak mempunyai peningkatan risiko.Karena
itu, sangatlah baik untuk membicarakan hal ini dengan dokter tentang risiko dan
manfaat pil pengontrol kehamilan (Pamungkas, 2011).
3) Terapi
hormone post-menopause (PHT)
Terapi hormone post-menopause (yang juga
dikenal sebagai terapi penggantian hormone atau HRT), telah digunakan selama
bertahun-tahun untuk membantu mencegah penipisan tulang (osteoporosis).Bagi
wanita yang masih mempunyai uterus, umumnya dokter meresepkan estrogen dan progesteron
(yang dikenal sebagai PHT berkombinasi).Estrogen sendiri bisa meningkatkan
resiko kanker payudara, sehingga progesteron ditambahkan untuk membantu
mencegah hal ini (Pamungkas, 2011).
4) Tidak
memberikan ASI
Sebagian kajian telah
menunjukkan bahwa pemberian ASI bisa mengurangi risiko terkena kanker payudara,
khususnya jika pemberian ASI tersebut berlangsung satu setengah hingga dua
tahun. Hal ini terjadi karena pemberian ASI mengurangi jumlah total periode
menstruasi wanita, seperti halnya pada saat menjalani kehamilan (Pamungkas,
2011).
5) Mengkonsumsi
alkohol
Sedikit peningkatan
risiko ditemukan pada wanita yang mengkonsumsi alkohol bahkan dengan hanya
sekali minum dalam sehari.Risikonya dua kali lipat diantara wanita yang minum
alkohol tiga kali sehari. Beberapa temuan riset menunjukkan bahwa wanita muda
yang minum alkohol lebih rentan untuk mengalami kanker payudara pada
tahun-tahun terakhirnya (Smeltzer & Bare, 2002)
6) Obesitas
Mempunyai berat badan
berlebih atau obesitas bisa juga dikaitkan dengan peningktan risiko kanker
payudara yang lebih tinggi, khususnya bagi wanita setelah mengalami perubahan
kehidupan (menopause) dan jika
perolehan berat badan tersebut terjadi selama masa dewasa (Pamungkas,2011).
7) Bekerja
pada malam hari
Beberapa kajian
menunjukkan bahwa wanita yang bekerja malam, seperti perawat saat gentian kerja
atau keluar malam, mempunyai resiko terkena kanker payudara lebih tinggi.Ini
adalah penemuan yang agak mutakhir, dan beberapa kajian telah dilakukan untuk
melihat persoalan ini (Pamungkas, 2011).
4.
Tipe
Kanker Payudara
Ada beberapa
jenis kanker payudara, kanker payudara, meskipun sebagian diantaranya sangat
jarang terjadi.Kadang tumor payudara bisa menjadi campuran dari beberapa jenis
ini atau bahkan campuran dari kanker invasive dengan kanker in situ. Berikut
ini adalah beberapa jenis kanker payudara :
a. Ductal karsinoma in situ
(DCIS)
Jenis
kanker ini paling umum dari kanker payudara yang tidak berbahaya (non invasive). DCIS berarti bahwa
kankernya hanya terjadi dalam duct (tabung kecil yang membawa susu dari lobula
ke putting). Kanker ini tidak meluas melalui dinding-dinding duct ke jaringan payudara. Hampir msemua
wanita yang mengalami kanker pada tahap ini bisa diobati dngan baik. Sering
kali, cara tebaik untuk menentukan DCIS awal adalah menggunakan mammogram.
b. Lobular carcinoma in situ
(LCIS)
Kondisi
ini bermula dari kelenjar-kelenjar yang berperan dalam memproduksi susu, tapi
tidak melalui dinding lobula. Meskipun bukan kanker yang sebenarnya wanita yang
mengalami hal ini akan mendapatkan resiko kanker payudara dikemudian hari.
Karena itulah, sangat penting bagi wanita yang mengalami hal ini untuk
memeriksakan diri dengan mammogram secara teratur.
c. Invasive (infiltrating) ductal
carcinoma (IDC)
Ini
adalah jenis kanker payudara paling sering terjadi. Kanker ini bermula dari
jalannya susu atau pada duct,
menerobos diding duct, dan menyerang jaringan payudara. Dari sini, kanker
mungkin menyebar ke bagian-bagian tubuh yang lain. Kanker ini meliputi sekitar
delapan diluar sepuluh kanker payudara yang membahayakan.
d. Invasive (infiltrating) lobular
carcinoma (ILC)
Kanker
jenis ini bermula dari kelenjar susu atau lobula. Ia bisa menyebar ke
bagian-bagian tubuh yang lain. Sekitar satu diluar sepuluh kanker payudara
membahayakan dari jenis ini (Pamungkas, 2011).
Adapun beberapa jenis
kanker payudara yang jarang terjadi, namun ada kalanya sangatlah membahayakan,
sehingga memerlukan pemahaman dan perhatian yang saksama. Berikut ini adalah
jenis kanker yang jarang terjadi yaitu antara lain Inflamatorry Breast Cancer (IBC), Medularry CarcinomaKarsinoma metaplasis, Karsinoma koloid, paget disease of the nipple, Karsinoma
tubular, Karsinoma papiler, Karsinoma kista adenoid, dan Angiosarkoma
(Pamungkas, 2011).
5.
Stadium
Kanker Payudara
System klasifikasi TNM American Joint Committee on Cancer (AJCC)
2010, Edisi 7, untuk kanker payudara
a.
Tumor
primer
Tabel
2.1 sistem klasifikasi TNM untuk kanker payudara
Tumor Primer (T)
|
Batasan
|
Tx
T0
Tis
Tis (DCIS)
Tis (LCIS)
Tis (Paget’s)
|
Tumor primer tidak dapat
dinilai
Tidak ada bukti tumor
primer
Karsinoma insitu
Duktal karsinoma in situ
Lobular karsinoma in situ
Paget’s disease pada putting payudara
tanpa tumor
|
Sumber
: Perhimpuanan Onkologi Indonesia, 2010
Paget’s
disease yang berhubungan dengan tumor diklasifikasikan
berdasarkan ukuran tumor.
Tabel 2.2 Klasifikasipaget’s disease berdasarkan ukuran tumor
Tumor
|
Ukuran
|
T1
T1 mi
T1a
T1b
T1c
T2
T3
T4
T4a
T4b
T4c
T4d
|
Tumor ≤ 20 mm pada dimensi
ter kanker payudara
Tumor ≤ 1 mm pada dimensi
terbesar
Tumor > 1 mm tetapi ≤ 5
mm pada dimensi terbesar
Tumor > 5 mm tetapi ≤
10 mm pada dimensi terbesar
Tumor > 10 mm tetapi ≤
20 mm pada dimensi terbesar
Tumor > 20 mm tetapi ≤ 50 mm pada dimensi
terbesar
Tumor berukuran > 50 mm
pada dimensi terbesar
Tumor berukuran apapun
dengan ekstensi langsung ke dinding dada dan atau kulit (ulserasi atau skin
nodule). Catatan invasi ke dermis saja tidak termasuk T4
Ekstensi ke dinding dada,
tidak termasuk otot pectoralis
Ulserasi dan atau
ipsilateral satellite skin nodules
dan atau edema (termasuk peaud’orange)
pada kulit, yang tidak termasuk kriteria inflammatory
carcinoma
Gabungan T4a dan T4b
Inflamatorry carcinoma
|
Sumber : Perhimpuanan Onkologi
Indonesia, 2010
b.
Kelenjar
getah bening regional (N)
Tabel
2.3 sistem klasifikasi TNM untuk kanker payudara
Nodule
|
Batasan
|
Nx
N0
N1
N2
N2a
N2b
N3
N3a
N3b
N3c
|
Kelenjar getah bening
regional tidak dapat dinilai (misalnya sudah diangkat)
Tidak ada metastasis pada
kelenjar getah bening regional
Metastasis pada kelenjar
getah bening aksila ipsilateral level 1-2 yang masih dapat digerakkan
Metastasis pada kelenjar
getah bening aksila ipsilateral level 1-2 yang terfiksir atau matted, atau
kelenjar getah bening mamaria interna yang terdeteksi secara klinis jika
tidak terdapat metastasis kelenjar getah bening aksila secara klinis
Metastasis pada kelenjar
getah bening aksila ipsilateral level 1-2 yang terfiksir satu sama lain (matted) ateu terfiksir pada struktur
lain
Metastasis hanya pada
kelenjar getah bening mammaria interna yang terdeteksi secara klinis dan jika
tidak terdapat metastasis kelenjar getah bening aksila secara klinis
Metastasis pada kelenjar
getah bening infraklavikula ipsilateral level 3 dengan atau tanpa
keterlibatan kelenjar getah bening aksila level 1-2, atau pada kelenjar getah
bening mammaria interna ipsilateral yang terdeteksi secara klinis dan jika
terdapat metastasis kelenjar getah bening ke aksila level 1-2 secara klinis;
atau metastasis pada kelenjar getah bening supraklavikula ipsilateral dengan
atau tanpa keterlibatan kelenjar getah beningaksila atau mammaria interna.
Metastasis pada kelenjar
getah bening mammaria interna ipsilateral dan kelenjar getah bening
infraklavikula ipsilateral.
Metastasis pada kelenjar
getah bening mammaria interna ipsilateral dan kelenjar getah bening aksila.
Metastasis pada kelenjar getah bening supraklavikula ipsilateral
|
Sumber : Perhimpuanan Onkologi
Indonesia, 2010
c.
Metastasis
jauh (M)
Tabel
2.4 sistem klasifikasi TNM untuk kanker payudara
Metastasis
|
Batasan
|
Mx
M0
M1
|
Metastasis jauh tidak
dapat dinilai
Tidak terdapat metastasis
jauh
Metastasis jauh
|
Sumber : Perhimpuanan Onkologi
Indonesia, 2010
d.
Pengelompokkan
stadium (stage grouping) AJJC 2010
Tabel
2.5 Pengelompokkan stadium kanker payudara
Stadium
|
T
|
N
|
M
|
Stadium 0
Stadium IA
Stadium IB
Stadium IIA
Stadium IIB
Stadium IIIA
Stadium IIIB
Stadium IIIC
Stadium IV
|
Tis
T1
T0
T1
T0
T1
T2
T2
T3
T0
T1
T2
T3
T3
T4
T4
T4
Setiap T
Setiap T
|
N0
N0
N1
N1
N1
N1
N0
N1
N0
N2
N2
N2
N1
N2
N0
N1
N2
N3
Setiap N
|
M0
M0
Mi, M0
Mi, M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1
|
Sumber
: Perhimpuanan Onkologi Indonesia, 2010
6.
Gejala
klinis
Menurut Nugroho (2011)
Gejala klinis kanker payudara dapat berupa :
a. Benjolan
pada payudara
Umumnya berupa benjolan
yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, semakin lama akan
semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit
payudara atau pada puting susu
b. Erosi
atau eksema putting
c. Kulit
atau putting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah
muda tau kecoklat-coklatan sampai menjadi edema hingga kulit kelihatan seperti
kulit jeruk (peau d’orange),
mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu semakin lama
semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara,
sering berbau busuk dan mudah berdarah.
d. Perdarahan
pada putting susu
e. Rasa
sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah
timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang
f. Timbul
pembesaran getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran
kanker ke seluruh tubuh
Kanker payudara lanjut sangat mudah
dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut :
a. Terdapat
edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara)
b. Adanya
nodul satelit pada kulit payudara
c. Kanker
payudara jenis mastitis karsinimatosa
d. Terdapat
model parasternal
e. Terdapat
nodul supraklavikula
f. Adanya
edema lengan, adanya metastasis jauh, serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advance, yaitu ulserasi kulit,
edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding thoraks, kelenjar getah bening
aksila berdiameter lebih dari 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat
satu sama lain.
7.
Diagnosis
Diagnosa
pasti kanker payudara hanya dengan pemeriksaan histologi. Bahan pemeriksaan
diambil dengan cara:
1) Eksisional
biopsi, kemudian diperiksa potong beku ini untuk kasus-kasus yang diperkirakan
masih operable atau stadium dini.
2) Insisional
biopsi cara ini untuk kasus-kasus ganas yang sudah inoperable atau lanjut.
Cara
lain yaitu dengan FNAB (Fine Needle
Aspiration Biopsy). Suatu pemeriksaan sitopatologi.Cara ini memerlukan
keahlian khusus dalam pembacaan dan ketepatan di dalam mengambil aspiratnya.
Ketepatan hasil FNAB cukup tinggi di tangan yang ahli (ahli sitopatologi) dan
tepat cara pengambilannya.
8.
Pengobatan
kanker payudara
Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang
penerapannya banyak tergantung pada stadium dini penyakit:
a. Pengobatan
lokal kanker payudara
Tujuan utama terapi lokal adalah menyingkirkan
adanya kanker lokal.Prosedur yang paling sering digunakan untuk penatalaksanaan
kanker payudara lokal adalah mastektomi dengan atau tanpa rekonstruksi dan
bedah penyelamatan payudara yang dikombinasi dengan terapi radiasi (FKUI Bagian
Ilmu Bedah, 2002).
Menurut Nugroho (2011) Terdapat tiga jenis
mastektomi yaitu :
1)
Modified
radical mastectomy
Mastektomi radikal yang dimodifikasi yaitu operasi
pengangkatan seluruh payudara di tulang dada, tulang selangka, dan tulang iga,
serta benjolan disekitar ketiak
2)
Total
(simple) Mastectomy
Total mastectomy
yaitu pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak
3)
Radical
mastectomy
Radikal mastektomi yaitu operasi pengangkatan
sebagian dari payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya
pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara
a.
Terapi radiasi
Penyinaran atau radiasi adalah proses penyinaran
pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang
bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi.
Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di
sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai
akibat dari radiasi.
b. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pross pemberian obat-obatan anti
kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan
membunuh sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tibuh.Efek dari
kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena
pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
c. Terapi
hormon
Hal ini dikenal sebagai terapi anti-estrogen yang
sistem kerjanya memblok kemampuan hormon estrogen yang ada dalam menstimulus
perkembangan kanker payudara.
d. Pengobatan
herpectin
Pengobatan herpectin adalah therapy biological yang dikenal efektif melawan HER2 positif pada
wanita yang mengalami kanker payudara stadium II, III, dan IV dengan penyebaran
sel kankernya.
9.
Prognosis
kanker payudara
Prognosis kanker payudara ditentukan oleh :
a. Staging
(TNM) semakin dini semakin baik prognosisnya
Stadium I :
90-80%
Stadium II :
70-50%
Stadium III :
20-11%
Stadium IV :
0%
Untuk stadium 0 (in situ) 96,2%
b. Jenis
histopatologik keganasan
Carsinoma in
situ
mempunyai prognosis yang baik dibandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif.
Suatu
kanker yang disertai oleh gambaran peradangan dinamakan mastitis karsinomatosa,
ini mempunyai prognosis yang sangat buruk.Harapan hidup 2 tahun hanya ±
5%.Tepat tidaknya tindakan terapi yang diambil berdasarkan staging sangat
mempengaruhi prognosis.
10.
Strategi
pencegahan
Menurut Nugroho (2011) strategi pencegahan kanker
payudara dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu :
a. Pencegahan
primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan
salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang sehat
melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai berbagai
factor resiko dan melaksanakan pola hidup sehat.Pencegahan primer ini juga bisa
berupa sadari yang dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor
risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.
b. Pencegahan
sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang
memiliki risiko terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki
siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara..pencegahan
sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini
terus mengalami perkembangan skrining melalui mammografi diklaim memiliki
akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan
terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu
faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu skrining dengan mammografi
tetap dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain :
1) Wanita
yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk assessment survey
2) Pada
wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk melakukan mammografi setiap
tahun
3) Wanita
normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50
tahun.
Foster
dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada
wanita yang melakukan sadari dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas
sadari untuk mendeteksi kanker payudara 26%, bila dikombinasikan dengan
mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%.
c. Pencegahan
tersier
Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu
yang telah positif menderita kanker payudara .penanganan yang tepat penderita
kanker payudara sesuai dengan stadium payudara sesuai dengan stadiumnya akan
dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup mati. Pencegahan ini
penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi
penyakit dan meneruskan pengobatan.Tindakan pengobatan dapat berupa operasi
walaupun tidak berpengaruh banya terhadap ketahanan hidup penderita.Bila kanker
telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika.Pada
stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan
dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.
B. Konsep Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI)
1. Definisi
SADARI
Periksa payudara sendiri (SADARI)
merupakan langkah awal untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara.Dimana
sadari sebaiknya dilakukan seminggu setelah selesai haid. Sadari dilakukan pada
usia 20-30 tahun, minimal tiap tiga bulan sekali, tetapi akan lebih baik dilakukan
sebulan sekali setelah selesai haid. Sadari adalah bagian penting dari
perawatan kesehatan, yang dapat melindungi dari risiko terkena kanker
payudara.Untuk mendeteksi kanker payudara stadium dini sangat mudah, dengan
melakukan sadari, dapat diketahui secara dini terjadinya kanker payudara.Sadari
dapat dilakukan di rumah, cukup beberapa menit dan sebulan sekali setelah
selesai haid.Sadari sebaiknya dilakukan seminggu setelah menstruasi, karena
pada saat selesai menstruasi kondisi payudara lunak dan longgar, sehingga dapat
memudahkan perabaan (Lubis, 2008).
American
cancer society dalam proyek breast cancer screening mengajurkan untuk mendapatkan kasus dini
pada asymptomatic woman (wanita yang
tidak ada keluhan) agar melakukan yaitu :(FKUI Bagian Ilmu Bedah, 2002).
a. Wanita
> 20 tahun melakukan sadari setiap bulan
b. Wanita
20-40 tahun; setiap 3 tahun memeriksakan diri ke dokter
c. Wanita
> 40 tahun; setiap 1 tahun
d. Wanita
35-40 tahun; dilakukan base line
mammografi
e. Wanita
< 50 tahun; konsul ke dokter untuk kepentingan mammografi
f. Wanita
> 50 tahun; setiap tahun mammografi.
2. Manfaat
Sadari
Manfaat sadari adalah untuk mendeteksi sedini
mungkin adanya kelainan pada payudara karena kanker payudara pada hakikatnya
dapat diketahui secara dini oleh para wanita usia subur. Setiap wanita
mempunyai bentuk dan ukuran payudara yang berbeda, bila wanita memeriksakan
payudara sendiri secara teratur, setiap bulan setelah haid, wanita dapat
merasakan bagaimana payudara wanita yang normal.Bila ada perubahan tentu wanita
dapat mengetahuinya dengan mudah (Lubis, 2008).
3. Teknik
melakukan sadari
Berdasarkan hasil penelitian di Iraq, terdapat
90,09% orang pernah mendengar tentang sadari dengan sumber informasi yang utama
adalah televisi, namun hanya terdapat 48,3% yang mempraktikan sadari dengan
alasan kurangnya pengetahuan tentang bagaimana melakukan teknik sadari yang
benar (Alwan,dkk 2012). Berikut cara/teknik melakukan sadari :
a. Berdiri
di depan cermin dengan badan bagian atas terbuka (dada terbuka)
1) Lengan
ke bawah, bandingkan payudara kanan dan kiri, besarnya dan simetrisnya
2) Putting
susu, dilihat sama besar atau sama tinggi atau sama bentuk atau tidak
3) Lengan
di atas kepala, bandingkan payudara kanan dan kiri, besarnya dan simetrisnya,
kadang-kadang dalam gerakan lengan ke atas dapat dilihat bayangan tumor di
bawah kulit ikut bergerak.
b. Tekan
tangan dengan kuat pada pinggang dan agak membungkuk sambil menarik bahu dan
siku kea rah depan, perhatikan setiap perubahan kontur payudara
c. Angkat
lengan kiri , gunakan 3-4 jari tangan kanan untuk meraba payudara kiri dengan
kuat, hati-hati, dan menyeluruh, mulailah pada tepi luar, tekan bagian datar
dari jari tangan anda dalam lingkaran kecil bergerak melingkar dengan lambat di
sekitar payudara. Secara bertahap lakukan kearah putting susu. Beri perhatian
khusus pada area diantara payudara dan di bawah lengan itu sendiri, rasakan
adanya benjolan atau massa yang tidak lazim di bawah kulit.
d. Dengan
perlahan remas putting susu dan perhatikan terhadap adanya cairan, jika
terdapat cairan dari putting susu selama sebulan yang terjadi ketika anda
sedang atau tidak melakukan sadari temuilah dokter. Ulangi pemeriksaan pada
payudara kanan
e. Berbaringlah
mendatar terlentang dengan lengan kiri anda di atas kepala anda dan sebuah
bantal atau handuk yang dilipat dibawah bahu kiri (posisi ini akan mendatarkan
payudara sehingga memudahkan untuk melakukan pemeriksaan). Gunakan gerakan
sirkuler dan ulangi pada payudara kanan anda.
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka
konsep penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1:
Variabel Independen
Variabel dependen
Tingkat
pengetahuan tentang kanker payudara
|
Perilaku
periksa payudara sendiri (SADARI)
|
: Variabel yang tidak diteliti
Gambar
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
B. Hipotesis
Ho
: Tidak ada hubungan antara
pengetahuan tentang kanker payudaradengan perilaku periksa payudara sendiri
(SADARI)
Ha
: Ada hubungan antara pengetahuan
tentang kanker payudaradengan perilaku periksa payudara sendiri (SADARI)
C. Definisi Operasional
Variabel
|
Definisi
Operasional
|
Kriteria
Objektif
|
Alat
ukur
|
Skala
|
Independen
Pengetahuan
tentang kanker payudara
Dependen
Perilaku
periksa payudara sendiri (SADARI)
|
kemampuan
seseorang (mahasiswi semester IV) untuk menjawab berdasarkan pengetahuan
tentang kanker payudara
upaya
untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara dengan cara melihat, memijat,
dan meraba payudara sendiri
|
Tingkat
pengetahuan tentang kanker payudara
a.
Tinggi : Skor 77-100
b.
Sedang : Skor 52-76
c.
Rendah : skor < 52
Identifikasi perilaku
periksa payudara sendiri (SADARI)
a.
Baik : Skor 76-100
b.
Cukup baik : 56-75
c.
Kurang baik : < 56
|
Kuesioner
Kuesioner
|
Ordinal
Ordinal
|
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini
adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional, dimana peneliti hanya
melakukan observasi dan pengukuran variable pada suatu saat tertentu saja,
artinya setiap subjek hanya dikenai satu kali pengukuran (Saryono, 2010).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat penelitian
Penelitian akan
dilakukan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UNSRAT Manado
2.
Waktu penelitian
Penelitian akan
dilaksanakan pada tanggal 03 Juni – 14 juni tahun 2013
C. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi adalah setiap
subjek yang memenuhi karakteristik populasi yang ditentukan (Nursalam,
2008).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi semester IV
Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNSRAT.
2.
Sampel
Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini yaitu total sampling dimana seluruh mahasiswi
semester IV Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNSRAT.
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1.
Kriteria inklusi adalah karakteristik
umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan
diteliti (Nursalam, 2008)
Kriteria inklusi dalam penelitian
ini adalah :
a. Mahasiswi
semester IV Pogram Studi Ilmu Keperawatan FK UNSRAT
b. Responden
yang bersedia menjadi sampel penelitian
2.
Kriteria eksklusif adalah menghilangkan
atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena
berbagai sebab (Nursalam, 2008)
Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini yaitu :
a. Responden
yang tidak ada ditempat saat penelitian berlangsung
b. Mahasiswi
program lanjutan (ekstensi) semester IV
c. Responden
yang telah menikah
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian
ini, instrument yang digunakan adalah kuesioner yang berisi pernyataan untuk mengidentifikasi pengetahuan responden tentang kanker
payudara, dan kuesioner untuk mengidentifikasi perilaku responden terhadap
periksa payudara sendiri (SADARI)
1. Kuesioner
untuk menidentifikasi pengetahuan responden tentang kanker payudara yang
terdiri dari 20 pernyataan dengan kategori
benar, salah, dan tidak tahu. System skoring adalah diberikan skor 3
jika jawaban responden benar, skor 2 jika jawaban responden salah dan 1 jika
jawaban responden tidak tahu/ tidak mengisi, yang artinya sebagai berikut :
Table 4.1 Skor
penilaian pengetahuan tentang kanker payudara
Jawaban
|
Positif
|
Negatif
|
Benar
Salah
Tidak tahu
|
3
2
1
|
2
3
1
|
Poin total adalah 60. Nilai yang didapat
responden akan dihitung dengan menggunakan rumus :
Nilai
= (skor total/poin total) × 100%
|
Skor
tingkat pengetahuan :
a.
Tinggi : 77 – 100
b.
Sedang : 52 – 76
c.
Rendah : < 52
2. Kuesioner
untuk menidentifikasi tentang perilaku periksa payudara sendiri (SADARI) yang
terdiri dari 13 pertanyaan yang diberikan skor sebagai berikut :
Table 4.2 skor
penilaian perilaku SADARI
Skala
|
Selalu
|
Kadang
|
Tidak pernah
|
Positif
Negative
|
3
1
|
2
2
|
1
3
|
Point total adalah 42.
Nilai yang didapat responden akan dihitung dengan menggunakan rumus :
Nilai
= (skor total/poin total) × 100%
|
Skoring kuesioner
perilaku SADARI :
a. Baik
: 76 – 100%
b. Cukup
baik : 56 – 75%
c. Kurang
baik : < 56%
F.
Prosedur
pengambilan data
1. Data
primer
Data primer adalah data
yang diperoleh dari sampel penelitian dan pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara dengan menggunakan kuesioner.
2. Data
sekunder
Data sekunder adalah
data pendukung yang didapatkan dari pihak akademik yang berupa data
kemahasiswaan Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNSRAT.
G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan
data
Data yang telah
dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan melalui tahap sebagai berikut :
a. Editing
(pemeriksaan kembali) yaitu setelah data terkumpul dilakukan editing untuk
mengecek kelengkapan, kesinambungan dan keseragaman untuk menjamin validitas
data.
b. Koding
(pengkodean) yaitu pemberian symbol atau pengkodean jawaban responden untuk
memudahkan dalam pengolahan data.
c. Processing
(proses/enteri data) yaitu melakukan enteri data dari kuesioner kedalam paket
program computer yaitu program SPSS versi
d. Cleaning
(pembersihan data) yaitu pengecekan kembali data yang sudah dienteri apakah ada
kesalahan atau tidak
2. Analisa
Data
a. Analisis
univariat
Analisis univariat,
data diperoleh dari hasil pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk table
distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik (Saryono, 2010).
Dilakukan dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan setiap variable yang
digunakan dalam penelitian untuk melihat distribusi, frekuensi untk memperoleh
informasi secara umum tentang variable penelitian.
b. Analisis
bivariate
Analisis bivariate
untuk melihat ada tidaknya hubungan antar variable independen yaitu pengetahuan
tentang kanker payudara dengan variable dependen yaitu perilaku periksa
payudara sendiri (SADARI).
Uji statistic yang
dilakukan yakni uji korelasi non parametric yaitu spearman rankdengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05) dengan bantuan
SPSS agar dapat mengetahui hubungan dua variable dengan skala ordinal.
H. Etika Penelitian
Peneliti telah
mengajukan permohonan izin kepada instansi akademik dalam hal ini Program Studi
Ilmu Keperawatan. Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian
dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi sebagai berikut :
1. Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian
harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada subjek, khususnya
jika menggunakan tindakan khusus.
b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi
subjek dalam penelitian harus dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan
dan tidak merugikan subjek.
c. Benefits ratio
Penelitian
harus hati-hati mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang akan berakibat
kepada subjek pada setiap tindakan.
2. Prinsip menghargai hak-hak subjek
a.
Hak untuk ikut atau tidak menjadi
responden, harus dihargai dan subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek
mempunyai hak untuk memutuskan apakah bersedia menjadi subjek atau tidak.
b.
Hak untuk mendapatkan jaminan dari
perlakuan yang diberikan, peneliti harus menjelaskan secara rinci serta
bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.
c.
Informed consent, dimanasubjek harus
mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan
dilaksanakan. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang
diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
d.
Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan
nama responden, tetapi lembar tersebut diberi kode
e.
Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
Data yang telah dikumpulkan disimpan dalam disket dan hanya bisa di akses oleh
peneliti
No comments:
Post a Comment