|
DI SUSUN OLEH
NAMA : NURLAILA A.S BAKRY
KELAS : 1A KEPERAWATAN
NIRM : 1501021
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH
MANADO
2015/2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN
2.1
Defenisi Penyakit Malaria
2.2
Penyebab penyakit Malaria
2.3
Gejala-Gejala Penyakit Malaria
BAB III : PENTUP
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Malaria dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak
balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan
dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih endemis di
sebagian besar wilayah Indonesia. Angka kesakitan
penyakit ini pun masih cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia bagian timur. Di
daerah trasmigrasi dimana terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah
yang endemis dan tidak endemis malaria, di daerah endemis malaria masih sering
terjadi letusan kejadian luar biasa (KLB) malaria Oleh karena kejadian luar
biasa ini menyebabkan insiden rate penyakit malaria masih tinggi di daerah
tersebut.
Di Indonesia penderita malaria mencapai 1-2 juta orang pertahun, dengan angka kematian sebanyak 100
ribu jiwa. Kasus tertinggi penyakit malaria adalah daerah papua, akan tapi
sekitar 107 juta orang Indonesia tinggal di daerah endemis malaria yang
tersebar dari Aceh sampai Papua, termasuk di Jawa yang padat penduduknya.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa definisi Malaria?
2. Penyebab
Malaria?
3. Bagaimana gejala Malaria?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui
pengertian Malaria.
2. Mengetahui
penyebab Malaria.
4. Mengetahui gejala
Malaria.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Penyakit Malaria
Kata
“malaria” berasal dari bahasa Itali “ Mal” yang artinya buruk dan “Aria” yang
artinya udara. Sehingga malaria berarti udara buruk (bad air). Hal ini
disebabkan karena malaria terjadi secara musiman di daerah yang kotor dan
banyak tumpukan air (koalisi (a) koalisi org 2001).
Malaria
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dan genus
plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles. (Prabowo,
2004: 2)
Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dan genus plasmodium masa tunas atau inkubasi penyakit dapat beberapa hari atau beberapa bulan. (Dinas kesehatan DKI Jakarta)
Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dan genus plasmodium masa tunas atau inkubasi penyakit dapat beberapa hari atau beberapa bulan. (Dinas kesehatan DKI Jakarta)
Berdasarkan
pengertian diatas penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
protozoa dan genus plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles
yang masa inkubasi penyakit dapat beberapa hari sampai beberapa bulan.
WHO mencatat setiap tahunnya tidak
kurang dari 1 hingga 2 juta penduduk meninggal karena penyakit yang
disebarluaskan nyamuk Anopheles. Penyakit malaria juga dapat diakibatkan karena
perubahan lingkungan sekitar seperti adanya Pemanasan global yang terjadi
saat ini mengakibatkan penyebaran penyakit parasitik yang ditularkan melalui
nyamuk dan serangga lainnya semakin mengganas. Perubahan temperatur, kelembaban
nisbi, dan curah hujan yang ekstrim mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur
sehingga vector sebagai penular penyakit pun bertambah dan sebagai dampak
muncul berbagai penyakit, diantaranya demam berdarah dan malaria.
2.2 Penyebab
Penyakit Malaria
Penyakit malaria disebabkan oleh
bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia. Bibit penyakit tersebut
termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut Plasmodium. Kerja
plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan perantara nyamuk
anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan berkembang biak dengan
membelah diri.
2.2.1 Ada empat macam plasmodium yang menyebabkan
malaria:
Falciparum,
penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa menimbulkan kematian.
Vivax,
penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan sulit kambuh.
Malaria,
penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak banyak ditemukan.
Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di
Indonesia.
2.2.2 Penyebab lain terjadinya penyakit malaria, yaitu
Parasit.
Untuk kelangsungan hidupnya, parasit
malaria memerlukan dua macam siklus kehidupan yaitu:
Siklus dalam tubuh manusia.
Sikus dalam tubuh manusia juga
disebut siklus aseksual, dan siklus ini terdiri dari :
Fase di luar sel darah merah
Siklus
di luar sel darah merah berlangsung dalam hati. Pada Plasmodium vivax dan
Plasmodium ovale ada yang ditemukan dalam bentuk laten di dalam sel hati yang
disebut hipnosoit. Hipnosoit merupakan suatu fase dari siklus hidup parasit
yang nantinya dapat menyebabkan kumat/kambuh atau rekurensi (long term
relapse).
Plasmodium
vivax dapat kambuh berkali-kali bahkan sampai jangka waktu 3 – 4 tahun.
Sedangkan untuk Plasmodium ovale dapat kambuh sampai bertahun-tahun apabila
pengobatannya tidak dilakukan dengan baik. Setelah sel hati pecah akan keluar
merozoit yang masuk ke eritrosit (fase eritrositer)
Fase dalam sel darah merah
Fase hidup dalam sel darah merah /
eritrositer terbagi dalam :
Fase
sisogoni yang menimbulkan demam
Fase
gametogoni yang menyebabkan seseorang menjadi sumber penularan penyakit bagi
nyamuk vektor malaria. Kambuh pada Plasmodium falciparum disebut rekrudensi
(short term relapse), karena siklus didalam sel darah merah masih berlangsung
sebagai akibat pengobatan yang tidak teratur. Merozoit sebagian besar masuk ke
eritrosit dan sebagian kecil siap untuk diisap oleh nyamuk vektor malaria.
Setelah masuk tubuh nyamuk vektor malaria, mengalami siklus sporogoni karena
menghasilkan sporozoit yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan
kepada manusia.
Fase seksual dalam tubuh nyamuk
Fase
seksual ini biasa juga disebut fase sporogoni karena menghasilkan sporozoit,
yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan oleh nyamuk kepada
manusia. Lama dan masa berlangsungnya fase ini disebut masa inkubasi
ekstrinsik, yang sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Prinsip
pengendalian malaria, antara lain didasarkan pada fase ini yaitu dengan
mengusahakan umur nyamuk agar lebih pendek dari masa inkubasi ekstrinsik,
sehingga fase sporogoni tidak dapat berlangsung. Dengan demikian rantai
penularan akan terputus
Nyamuk
Anopheles
Penyakit
malaria pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles vektor betina. Di seluruh
dunia terdapat sekitar 2000 spesies nyamuk Anopheles, 60 spesies diantaranya
diketahui sebagai vektor malaria. Di Indonesia terdapat sekitar 80 jenis nyamuk
Anopheles, 22 spesies diantaranya telah terkonfirmasi sebagai vektor malaria.
Sifat masing-masing spesies berbeda-beda tergantung berbagai faktor seperti
penyebaran geografis, iklim dan tempat perkembangbiakannya. Semua nyamuk vektor
malaria hidup sesuai dengan kondisi ekologi setempat, contohnya nyamuk vektor
malaria yang hidup di air payau (Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus),
di sawah (Anopheles aconitus) atau di mata air (Anopheles balabacensis dan
Anopheles maculatus). Nyamuk Anopheles hidup di daerah iklim tropis dan subtropis,
tetapi juga bias hidup di daerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang
ditemukan pada daerah dengan ketinggian lebih dari 2500 meter dari permukaan
laut. Tempat perkembangbiakannya bervariasi (tergantung spesiesnya) dan dapat
dibagi menjadi tiga ekosistem yaitu pantai, hutan dan pegunungan. Biasanya
nyamuk Anopheles betina vektor menggigit manusia pada malam hari atau sejak
senja hingga subuh. Jarak terbang (flight range) antara 0,5 – 3 km dari tempat
perkembangbiakannya. Jika ada angin yang bertiup kencang, dapat terbawa sejauh
20 – 30 km. Nyamuk Anopheles juga dapat terbawa pesawat terbang, kapal laut
atau angkutan lainnya dan menyebarkan malaria ke daerah yang semula tidak
terdapat kasus malaria. Umur nyamuk Anopheles dewasa dialam bebas belum banyak
diketahui, tetapi di laboratorium dapat mencapai 3 -5 minggu. Nyamuk Anopheles
mengalami metamorfosis sempurna. Telur yang diletakkan nyamuk betina diatas
permukaan air akan menetas menjadi larva, melakukan pergantian kulit (sebanyak
4 kali) kemudian tumbuh menjadi pupa dan menjadi nyamuk dewasa. Waktu yang
dibutuhkan untuk perkembangan (sejak telur menjadi dewasa) bervariasi antara 2
– 5 minggu tergantung spesies, makanan yang tersedia, suhu dan kelembaban
udara.
Manusia
yang rentan terhadap infeksi malaria.
Secara
alami penduduk di suatu daerah endemis malaria ada yang mudah dan ada yang
tidak mudah terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan. Perpindahan
penduduk dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini masih menimbulkan
masalah. Sejak dulu, telah diketahui bahwa wabah penyakit ini sering terjadi di
daerah-daerah pemukiman baru, seperti di daerah perkebunan dan transmigrasi.
Hal ini terjadi karena pekerja yang datang dari daerah lain belum mempunyai
kekebalan sehingga rentan terinfeksi.
Lingkungan
Keadaan
lingkungan berpengaruh terhadap keberadaan penyakit malaria di suatu daerah.
Adanya danau, air payau, genangan air di hutan, persawahan, tambak ikan,
pembukaan hutan dan pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya
penyakit malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat
perkembangbiakan nyamuk vektor malaria.
Iklim
Suhu dan curah hujan di suatu daerah berperan penting dalam penularan penyakit malaria. Biasanya penularan malaria lebih tinggi pada musim kemarau dengan sedikit hujan dibandingkan pada musim hujan. Pada saat musim kemarau dengan sedikit hujan, genangan air yang terbentuk merupakan tempat yang ideal sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk vektor malaria. Dengan bertambahnya tempat perkembangbiakan nyamuk, populasi nyamuk vektor malaria juga bertambah sehingga kemungkinan terjadinya transmisi meningkat.
Suhu dan curah hujan di suatu daerah berperan penting dalam penularan penyakit malaria. Biasanya penularan malaria lebih tinggi pada musim kemarau dengan sedikit hujan dibandingkan pada musim hujan. Pada saat musim kemarau dengan sedikit hujan, genangan air yang terbentuk merupakan tempat yang ideal sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk vektor malaria. Dengan bertambahnya tempat perkembangbiakan nyamuk, populasi nyamuk vektor malaria juga bertambah sehingga kemungkinan terjadinya transmisi meningkat.
Patofisiologi
Ada
4 patologi yang terjadi pada malaria, yaitu demam, anemia, imunopatologi dan
anoksia jaringan, yang disebabkan oleh perlengketan eritrosit yang terinfeksi
pada endotel kapiler.
Demam paroksimal berbeda untuk
keempat spesies tergantung dari lama manutaskizonnya. Serangan demam disebabkan
pecahnya eritrosit sewaktu fase skizogom eritrositik dan masuknya merozoit
kedalam sirkulasi darah. Demam mengakibatkan terjadinya vasoaktif yang
diproduksi oleh parasit. Setelah merozoit masuk dan menginfeksi eritrosit yang
baru, demam turun dengan cepat sehingga penderita merasa kepanasan dan
berkeringat banyak. Anemia disebabkan oleh destruksi eritrosit yang berlebihan,
hemolisis autoimun dan gangguan eritropoesis. Diduga terdapat toksin malaria
yang disebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah saat
melalui limpa dan keluarlah parasit. Splenomegali disebabkan oleh adanya
peningkatan jumlah eritrosit yang ter infeksi parasit sehingga terjadi
aktivitas system RES untuk memfagositosis eritrosit baik yang terifeksi maupun
yang tidak. Kelainan patologik pembuluh darah kapiler disebabkan karena
eritrosit yang terinfeksi menjadi kaku dan lengket, perjalanannya dalam kapiler
terganggu sehingga mekat pada endotel kapiler, timbul hipoksia atau anoriksia
jaringan. Juga terjadi gangguan integritas kapiler sehingga terjadi pembesaran
plasma. Monosit atau makrofag merupakan partisipan selalu terpenting dalam
fagositosis eritrosit yang terinfeksi (Soegijanto, 2004: 5).
Penularan dan Penyebaran
Penularan penyakit malaria dari
orang yang sakit kepada orang sehat, sebagian besar melalui gigitan nyamuk.
Bibit penyakit malaria dalam darah manusia dapat terhisap oleh nyamuk,
berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, dan ditularkan kembali kepada orang
sehat yang digigit nyamuk tersebut.
Jenis-jenis
vektor (perantara) malaria yaitu:
a. Anopheles Sundaicus, nyamuk
perantara malaria di daerah pantai.
b. Anopheles Aconitus, nyamuk perantara
malaria daerah persawahan.
c.
Anopheles
Maculatus, nyamuk perantara malaria daerah perkebunan, kehutanan dan
pegunungan.
Cara penularan penyakit malaria
dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Penularan secara
alamiah (natural infection)
Malaria
ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Nyamuk ini jumlahnya kurang lebih ada 80
jenis dan dari 80 jenis itu, hanya kurang lebih 16 jenis yang menjadi vector
penyebar malaria di Indonesia. Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi oleh Plasmodium. Sebagian besar
spesies menggigit pada senja dan menjelang malam hari. Beberapa vector
mempunyai waktu puncak menggigit pada tengah malam dan menjelang pajar. Setelah
nyamuk Anopheles betina mengisap darah yang mengandung parasit pada stadium
seksual (gametosit), gamet jantan dan betina bersatu membentuk ookinet di perut
nyamuk yang kemudian menembus di dinding perut nyamuk dan membentuk kista pada
lapisan luar dimana ribuan sporozoit dibentuk. Sporozoit-sporozoit tersebut
siap untuk ditularkan. Pada saat menggigit manusia, parasit malaria yang ada
dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam darah manusia sehingga manusia tersebut
terinfeksi lalu menjadi sakit.
b. Penularan
tidak alamiah (not natural infection)
a). Malaria bawaan
Terjadi
pada bayi yang baru lahir karena ibunya menderita malaria. Penularannya terjadi
melalui tali pusat atau plasenta (transplasental)
b). Secara mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi
darah melalui jarum suntik.
2.3 Gejala
Malaria
Keluhan dan tanda klinis, merupakan
petunjuk yang penting dalam diagnosa malaria. Gejala klinis ini dipengaruhi
oleh jenis/ strain Plasmodium imunitas tubuh dan jumlah parasit yang
menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi sampai timbulnya gejala klinis
dikenal sebagai waktu inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi
sampai ditemukannya parasit dalam darah disebut periode prepaten.
1. Gejala klinis
Gejala klasik malaria yang umum
terdiri dari tiga stadium (trias malaria), yaitu:
a.
Periode
dingin.
Mulai dari menggigil, kulit dingin
dan kering, penderita sering membungkus diri dengan selimut dan pada saat
menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai
sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1
jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
b.
Periode
panas.
Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat
dan panas badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih, respirasi
meningkat, nyeri kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini lebih
lama dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti dengan keadaan
berkeringat.
Demam disebabkan oleh pecahnya
entrosit matang yang berisi skizon yang mengandung merozoit memasuki sirkulasi
darah. Pada plasmodium falcifarumnterval demam tidak jelas (setiap 24-48 jam).
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale interval demam terjadi setiap 48 jam dan
Plasmodium malariae setiap 72 jam. Stadium ini berlangsung 2-4 jam.
c.
Periode
berkeringat.
Mulai dari temporal, diikuti seluruh
tubuh, sampai basah, temperatur turun, lelah, dan sering tertidur. Bila
penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti
biasa. Di daerah dengan tingkat endemisitas malaria tinggi, sering kali orang
dewasa tidak menunjukkan gejala klinis meskipun darahnya mengandung parasit
malaria. Hal ini merupakan imunitas yang terjadi akibat infeksi yang
berulang-ulang. Limpa penderita biasanya membesar pada serangan pertama yang
berat/ setelah beberapa kali serangan dalam waktu yang lama. Bila dilakukan
pengobatan secara baik maka limpa akan berangsur-berangsur mengecil. Keluhan
pertama malaria adalah demam, menggigil, dan dapat disertai sakit kepala, mual,
muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Untuk penderita tersangka
malaria berat, dapat disertai satu atau lebih gejala berikut: gangguan
kesadaran dalam berbagai derajat, kejang-kejang, panas sangat tinggi, mata atau
tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan, nafas cepat,
muntah terus-menerus, tidak dapat makan minum, warna air seni seperti the tua
sampai kehitaman serta jumlah air seni kurang sampai tidak ada.
2. Masa inkubasi
Masa inkubasi dapat terjadi pada :
a.
Masa
inkubasi pada manusia (intrinsik)
Masa
inkubasi bervariasi pada masing-masing Plasmodium. Masa inkubasi pada inokulasi
darah lebih pendek dari infeksi sporozoid. Secara umum masa inkubasi Plasmodium
falsiparum adalah 9 sampai 14 hari, Plasmodium vivax adalah 12 sampai 17 hari,
Plasmodium ovale adalah 16 sampai 18 hari, sedangkan Plasmodium malariae bisa
18 sampai 40 hari. Infeksi melalui transfusi darah, masa inkubasinya tergantung
pada jumlah parasit yang masuk dan biasanya bisa sampai kira-kira 2 bulan.
b.
Masa
inkubasi pada nyamuk (ekstrinsik)
Setelah
darah masuk kedalam usus nyamuk maka protein eritrosit akan dicerna oeleh enzim
tripsin kemudian oleh enzim aminopeptidase dan selanjutnya karboksipeptidase,
sedangkan komponen karbohidrat akan dicerna oleh glikosidase. Gametosit yang
matang dalam darah akan segera keluar dari eritrosit selanjutnya akan mengalami
proses pematangan dalam usus nyamuk untuk menjadi gamet (melalui fase
gametogenesis). Adapun masa inkubasi atau lamanya stadium sporogoni pada nyamuk
adalah Plasmodium vivax 8-10 hari, Plasmodium palsifarum 9-10 hari, Plasmodium ovale
12-14 hari dan Plasmodium malariae 14-16 hari.
Dalam penyakit malaria
ini yang dibahas oleh Teori AUGUSTE COMTE
1.
Tahap Teologis
Dalam
tahap ini meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini dikendalikan
oleh kekuatan supranatural yang dimiliki oleh para Dewa, roh, atau tuhan.
Pemikiran ini menjadi dasar yang kuat ntuk menjelaskan segala fenomena yang
terjadi di sekitar manusia, sehingga terkesan irasional, dalam bidang kesehatan
penyakit malaria masyarakat dahulu tidak pergi berobat ke dokter mereka
meyakini hanya kepada tuhan atau dewa penyakit ini akan sembuh.
2.
Tahap Metafisik
Pada
tahap ini manusia mengalami pergeseran cara berpikir. Tahap teologi, semua
fenomena yang terjadi disekitar manusia sebagai akibat dari kehendak roh, dewa,
atau tuhan. Namun tahap metafisik adalah tahap transisi dari teologi ke tahap positif. Dimana segala
gejala sosial terdapat kekuatan yang dapat terungkapkan (ditemukan dengan akal
budi). Namun disini belum adanya verifikasi. Mekipun penerangan dari alam
sendiri tapi belum berpangkal pada data empiris. Dalam penyakit
medis mereka berpikir kalau penyakit malaria ini adalah kiriman dari dukun.
3.
Tahap Positifisme
Pada
tahap ini semua gejala alam atau fenomena yang terjadi dapat di jelaskan secara
ilmiah berdasarkan dari peninjauan, pengujian, dan dapat di buktikan secara
empiris. Dalam penyakit malaria penyebabnya dari faktok virus/bakteri.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Malaria
merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam
darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan
splenomegali. Terdapat beberapa parasit yang dapat menyebabkan penyakit
malaria, yaitu plasmodium falciparum, vivax, malaria dan ovale. Parasit ini
menggunakan nyamuk sebagai hospes definitifnya, yaitu nyamuk Anopheles. Gejala
klinis penyakit ini terdiri dari 3 tahap, yaitu periode dingin, periode panas
dan periode berkeringat.
Penularan
penyakit ini bias secara alami, yaitu melalui gigitan langsung nyamuk anopheles
dan secara tidak alami yaitu secara bawaan dan secra mekanik. Diagnosanya dapat
dilihat dari manifestasi klinis yaitu terjadinya demam, imunnoserologi yaitu
ditemukannya antigen HRP-2, pLDH dan aldolase dan lewat pemeriksaan mikroskopik
yaitu melihat morfologi sel darah merah yang terinfeksi dan melihat asam
nukleat pada parasit. Malaria ini dapat menyebabkan rasa sakit, gangguan otak
hingga menyebabkan kematian.
Pemeriksaan
dapat dilakukan dengan lima metode, yaitu yang pertama menggunakan mikroskopik
cahaya dengan melihat morfologi eritrosit yang terinfeksi, yang kedua
menggunakan mikroskop flouresensi dengan melihat asam nukleat yang terdapat
diparasit, yang ketiga dengan menggunakan metode rapid test yaitu identifikasi
antigen yang terdapat pada serum sampel, yang keempat menggunakan dip-stick
yaitu identifikasi antigen parasit malaria yang terdapat dalam serum sampel,
yang kelima dengan menggunakan PCR yaitu dengan menggandakan sekuens DNA/RNA
yang spesifik dengan menggunakan primer oligonukleotida yang spesifik pula lalu
dibaca menggunakan elektroforesis.
3.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa agar
dapat Melakukan penyuluhan secara intensif guna memberikan pemahaman kepada
masyarakat tentang cara mencegah dan menanggulangi malaria yaitu dengan
memasang kasa nyamuk pada ventilasi rumah, menggunakan kelambu dan menggunakan
obat anti nyamuk waktu tidur. Melakukan kegiatan surveilens malaria secara
menyeluruh, baik pemantauan parasit dan spesies vektor serta kepadatan vektor
malaria.
Bagi masyarakat agar memperbaiki
lingkungan dalam rumah seperti pemasangan kasa nyamuk pada ventilasi rumah.
Menghindari gigitan nyamuk malaria dengan cara pemakaian kelambu dan
menggunakan obat anti nyamuk waktu tidur.
|
DI SUSUN OLEH
NAMA : NURLAILA A.S BAKRY
KELAS : 1A KEPERAWATAN
NIRM : 1501021
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH
MANADO
2015/2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN
2.1
Defenisi Penyakit Malaria
2.2
Penyebab penyakit Malaria
2.3
Gejala-Gejala Penyakit Malaria
BAB III : PENTUP
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Malaria dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak
balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan
dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih endemis di
sebagian besar wilayah Indonesia. Angka kesakitan
penyakit ini pun masih cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia bagian timur. Di
daerah trasmigrasi dimana terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah
yang endemis dan tidak endemis malaria, di daerah endemis malaria masih sering
terjadi letusan kejadian luar biasa (KLB) malaria Oleh karena kejadian luar
biasa ini menyebabkan insiden rate penyakit malaria masih tinggi di daerah
tersebut.
Di Indonesia penderita malaria mencapai 1-2 juta orang pertahun, dengan angka kematian sebanyak 100
ribu jiwa. Kasus tertinggi penyakit malaria adalah daerah papua, akan tapi
sekitar 107 juta orang Indonesia tinggal di daerah endemis malaria yang
tersebar dari Aceh sampai Papua, termasuk di Jawa yang padat penduduknya.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa definisi Malaria?
2. Penyebab
Malaria?
3. Bagaimana gejala Malaria?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui
pengertian Malaria.
2. Mengetahui
penyebab Malaria.
4. Mengetahui gejala
Malaria.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Penyakit Malaria
Kata
“malaria” berasal dari bahasa Itali “ Mal” yang artinya buruk dan “Aria” yang
artinya udara. Sehingga malaria berarti udara buruk (bad air). Hal ini
disebabkan karena malaria terjadi secara musiman di daerah yang kotor dan
banyak tumpukan air (koalisi (a) koalisi org 2001).
Malaria
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dan genus
plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles. (Prabowo,
2004: 2)
Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dan genus plasmodium masa tunas atau inkubasi penyakit dapat beberapa hari atau beberapa bulan. (Dinas kesehatan DKI Jakarta)
Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dan genus plasmodium masa tunas atau inkubasi penyakit dapat beberapa hari atau beberapa bulan. (Dinas kesehatan DKI Jakarta)
Berdasarkan
pengertian diatas penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
protozoa dan genus plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles
yang masa inkubasi penyakit dapat beberapa hari sampai beberapa bulan.
WHO mencatat setiap tahunnya tidak
kurang dari 1 hingga 2 juta penduduk meninggal karena penyakit yang
disebarluaskan nyamuk Anopheles. Penyakit malaria juga dapat diakibatkan karena
perubahan lingkungan sekitar seperti adanya Pemanasan global yang terjadi
saat ini mengakibatkan penyebaran penyakit parasitik yang ditularkan melalui
nyamuk dan serangga lainnya semakin mengganas. Perubahan temperatur, kelembaban
nisbi, dan curah hujan yang ekstrim mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur
sehingga vector sebagai penular penyakit pun bertambah dan sebagai dampak
muncul berbagai penyakit, diantaranya demam berdarah dan malaria.
2.2 Penyebab
Penyakit Malaria
Penyakit malaria disebabkan oleh
bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia. Bibit penyakit tersebut
termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut Plasmodium. Kerja
plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan perantara nyamuk
anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan berkembang biak dengan
membelah diri.
2.2.1 Ada empat macam plasmodium yang menyebabkan
malaria:
Falciparum,
penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa menimbulkan kematian.
Vivax,
penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan sulit kambuh.
Malaria,
penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak banyak ditemukan.
Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di
Indonesia.
2.2.2 Penyebab lain terjadinya penyakit malaria, yaitu
Parasit.
Untuk kelangsungan hidupnya, parasit
malaria memerlukan dua macam siklus kehidupan yaitu:
Siklus dalam tubuh manusia.
Sikus dalam tubuh manusia juga
disebut siklus aseksual, dan siklus ini terdiri dari :
Fase di luar sel darah merah
Siklus
di luar sel darah merah berlangsung dalam hati. Pada Plasmodium vivax dan
Plasmodium ovale ada yang ditemukan dalam bentuk laten di dalam sel hati yang
disebut hipnosoit. Hipnosoit merupakan suatu fase dari siklus hidup parasit
yang nantinya dapat menyebabkan kumat/kambuh atau rekurensi (long term
relapse).
Plasmodium
vivax dapat kambuh berkali-kali bahkan sampai jangka waktu 3 – 4 tahun.
Sedangkan untuk Plasmodium ovale dapat kambuh sampai bertahun-tahun apabila
pengobatannya tidak dilakukan dengan baik. Setelah sel hati pecah akan keluar
merozoit yang masuk ke eritrosit (fase eritrositer)
Fase dalam sel darah merah
Fase hidup dalam sel darah merah /
eritrositer terbagi dalam :
Fase
sisogoni yang menimbulkan demam
Fase
gametogoni yang menyebabkan seseorang menjadi sumber penularan penyakit bagi
nyamuk vektor malaria. Kambuh pada Plasmodium falciparum disebut rekrudensi
(short term relapse), karena siklus didalam sel darah merah masih berlangsung
sebagai akibat pengobatan yang tidak teratur. Merozoit sebagian besar masuk ke
eritrosit dan sebagian kecil siap untuk diisap oleh nyamuk vektor malaria.
Setelah masuk tubuh nyamuk vektor malaria, mengalami siklus sporogoni karena
menghasilkan sporozoit yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan
kepada manusia.
Fase seksual dalam tubuh nyamuk
Fase
seksual ini biasa juga disebut fase sporogoni karena menghasilkan sporozoit,
yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan oleh nyamuk kepada
manusia. Lama dan masa berlangsungnya fase ini disebut masa inkubasi
ekstrinsik, yang sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Prinsip
pengendalian malaria, antara lain didasarkan pada fase ini yaitu dengan
mengusahakan umur nyamuk agar lebih pendek dari masa inkubasi ekstrinsik,
sehingga fase sporogoni tidak dapat berlangsung. Dengan demikian rantai
penularan akan terputus
Nyamuk
Anopheles
Penyakit
malaria pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles vektor betina. Di seluruh
dunia terdapat sekitar 2000 spesies nyamuk Anopheles, 60 spesies diantaranya
diketahui sebagai vektor malaria. Di Indonesia terdapat sekitar 80 jenis nyamuk
Anopheles, 22 spesies diantaranya telah terkonfirmasi sebagai vektor malaria.
Sifat masing-masing spesies berbeda-beda tergantung berbagai faktor seperti
penyebaran geografis, iklim dan tempat perkembangbiakannya. Semua nyamuk vektor
malaria hidup sesuai dengan kondisi ekologi setempat, contohnya nyamuk vektor
malaria yang hidup di air payau (Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus),
di sawah (Anopheles aconitus) atau di mata air (Anopheles balabacensis dan
Anopheles maculatus). Nyamuk Anopheles hidup di daerah iklim tropis dan subtropis,
tetapi juga bias hidup di daerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang
ditemukan pada daerah dengan ketinggian lebih dari 2500 meter dari permukaan
laut. Tempat perkembangbiakannya bervariasi (tergantung spesiesnya) dan dapat
dibagi menjadi tiga ekosistem yaitu pantai, hutan dan pegunungan. Biasanya
nyamuk Anopheles betina vektor menggigit manusia pada malam hari atau sejak
senja hingga subuh. Jarak terbang (flight range) antara 0,5 – 3 km dari tempat
perkembangbiakannya. Jika ada angin yang bertiup kencang, dapat terbawa sejauh
20 – 30 km. Nyamuk Anopheles juga dapat terbawa pesawat terbang, kapal laut
atau angkutan lainnya dan menyebarkan malaria ke daerah yang semula tidak
terdapat kasus malaria. Umur nyamuk Anopheles dewasa dialam bebas belum banyak
diketahui, tetapi di laboratorium dapat mencapai 3 -5 minggu. Nyamuk Anopheles
mengalami metamorfosis sempurna. Telur yang diletakkan nyamuk betina diatas
permukaan air akan menetas menjadi larva, melakukan pergantian kulit (sebanyak
4 kali) kemudian tumbuh menjadi pupa dan menjadi nyamuk dewasa. Waktu yang
dibutuhkan untuk perkembangan (sejak telur menjadi dewasa) bervariasi antara 2
– 5 minggu tergantung spesies, makanan yang tersedia, suhu dan kelembaban
udara.
Manusia
yang rentan terhadap infeksi malaria.
Secara
alami penduduk di suatu daerah endemis malaria ada yang mudah dan ada yang
tidak mudah terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan. Perpindahan
penduduk dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini masih menimbulkan
masalah. Sejak dulu, telah diketahui bahwa wabah penyakit ini sering terjadi di
daerah-daerah pemukiman baru, seperti di daerah perkebunan dan transmigrasi.
Hal ini terjadi karena pekerja yang datang dari daerah lain belum mempunyai
kekebalan sehingga rentan terinfeksi.
Lingkungan
Keadaan
lingkungan berpengaruh terhadap keberadaan penyakit malaria di suatu daerah.
Adanya danau, air payau, genangan air di hutan, persawahan, tambak ikan,
pembukaan hutan dan pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya
penyakit malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat
perkembangbiakan nyamuk vektor malaria.
Iklim
Suhu dan curah hujan di suatu daerah berperan penting dalam penularan penyakit malaria. Biasanya penularan malaria lebih tinggi pada musim kemarau dengan sedikit hujan dibandingkan pada musim hujan. Pada saat musim kemarau dengan sedikit hujan, genangan air yang terbentuk merupakan tempat yang ideal sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk vektor malaria. Dengan bertambahnya tempat perkembangbiakan nyamuk, populasi nyamuk vektor malaria juga bertambah sehingga kemungkinan terjadinya transmisi meningkat.
Suhu dan curah hujan di suatu daerah berperan penting dalam penularan penyakit malaria. Biasanya penularan malaria lebih tinggi pada musim kemarau dengan sedikit hujan dibandingkan pada musim hujan. Pada saat musim kemarau dengan sedikit hujan, genangan air yang terbentuk merupakan tempat yang ideal sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk vektor malaria. Dengan bertambahnya tempat perkembangbiakan nyamuk, populasi nyamuk vektor malaria juga bertambah sehingga kemungkinan terjadinya transmisi meningkat.
Patofisiologi
Ada
4 patologi yang terjadi pada malaria, yaitu demam, anemia, imunopatologi dan
anoksia jaringan, yang disebabkan oleh perlengketan eritrosit yang terinfeksi
pada endotel kapiler.
Demam paroksimal berbeda untuk
keempat spesies tergantung dari lama manutaskizonnya. Serangan demam disebabkan
pecahnya eritrosit sewaktu fase skizogom eritrositik dan masuknya merozoit
kedalam sirkulasi darah. Demam mengakibatkan terjadinya vasoaktif yang
diproduksi oleh parasit. Setelah merozoit masuk dan menginfeksi eritrosit yang
baru, demam turun dengan cepat sehingga penderita merasa kepanasan dan
berkeringat banyak. Anemia disebabkan oleh destruksi eritrosit yang berlebihan,
hemolisis autoimun dan gangguan eritropoesis. Diduga terdapat toksin malaria
yang disebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah saat
melalui limpa dan keluarlah parasit. Splenomegali disebabkan oleh adanya
peningkatan jumlah eritrosit yang ter infeksi parasit sehingga terjadi
aktivitas system RES untuk memfagositosis eritrosit baik yang terifeksi maupun
yang tidak. Kelainan patologik pembuluh darah kapiler disebabkan karena
eritrosit yang terinfeksi menjadi kaku dan lengket, perjalanannya dalam kapiler
terganggu sehingga mekat pada endotel kapiler, timbul hipoksia atau anoriksia
jaringan. Juga terjadi gangguan integritas kapiler sehingga terjadi pembesaran
plasma. Monosit atau makrofag merupakan partisipan selalu terpenting dalam
fagositosis eritrosit yang terinfeksi (Soegijanto, 2004: 5).
Penularan dan Penyebaran
Penularan penyakit malaria dari
orang yang sakit kepada orang sehat, sebagian besar melalui gigitan nyamuk.
Bibit penyakit malaria dalam darah manusia dapat terhisap oleh nyamuk,
berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, dan ditularkan kembali kepada orang
sehat yang digigit nyamuk tersebut.
Jenis-jenis
vektor (perantara) malaria yaitu:
a. Anopheles Sundaicus, nyamuk
perantara malaria di daerah pantai.
b. Anopheles Aconitus, nyamuk perantara
malaria daerah persawahan.
c.
Anopheles
Maculatus, nyamuk perantara malaria daerah perkebunan, kehutanan dan
pegunungan.
Cara penularan penyakit malaria
dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Penularan secara
alamiah (natural infection)
Malaria
ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Nyamuk ini jumlahnya kurang lebih ada 80
jenis dan dari 80 jenis itu, hanya kurang lebih 16 jenis yang menjadi vector
penyebar malaria di Indonesia. Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi oleh Plasmodium. Sebagian besar
spesies menggigit pada senja dan menjelang malam hari. Beberapa vector
mempunyai waktu puncak menggigit pada tengah malam dan menjelang pajar. Setelah
nyamuk Anopheles betina mengisap darah yang mengandung parasit pada stadium
seksual (gametosit), gamet jantan dan betina bersatu membentuk ookinet di perut
nyamuk yang kemudian menembus di dinding perut nyamuk dan membentuk kista pada
lapisan luar dimana ribuan sporozoit dibentuk. Sporozoit-sporozoit tersebut
siap untuk ditularkan. Pada saat menggigit manusia, parasit malaria yang ada
dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam darah manusia sehingga manusia tersebut
terinfeksi lalu menjadi sakit.
b. Penularan
tidak alamiah (not natural infection)
a). Malaria bawaan
Terjadi
pada bayi yang baru lahir karena ibunya menderita malaria. Penularannya terjadi
melalui tali pusat atau plasenta (transplasental)
b). Secara mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi
darah melalui jarum suntik.
2.3 Gejala
Malaria
Keluhan dan tanda klinis, merupakan
petunjuk yang penting dalam diagnosa malaria. Gejala klinis ini dipengaruhi
oleh jenis/ strain Plasmodium imunitas tubuh dan jumlah parasit yang
menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi sampai timbulnya gejala klinis
dikenal sebagai waktu inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi
sampai ditemukannya parasit dalam darah disebut periode prepaten.
1. Gejala klinis
Gejala klasik malaria yang umum
terdiri dari tiga stadium (trias malaria), yaitu:
a.
Periode
dingin.
Mulai dari menggigil, kulit dingin
dan kering, penderita sering membungkus diri dengan selimut dan pada saat
menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai
sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1
jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
b.
Periode
panas.
Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat
dan panas badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih, respirasi
meningkat, nyeri kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini lebih
lama dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti dengan keadaan
berkeringat.
Demam disebabkan oleh pecahnya
entrosit matang yang berisi skizon yang mengandung merozoit memasuki sirkulasi
darah. Pada plasmodium falcifarumnterval demam tidak jelas (setiap 24-48 jam).
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale interval demam terjadi setiap 48 jam dan
Plasmodium malariae setiap 72 jam. Stadium ini berlangsung 2-4 jam.
c.
Periode
berkeringat.
Mulai dari temporal, diikuti seluruh
tubuh, sampai basah, temperatur turun, lelah, dan sering tertidur. Bila
penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti
biasa. Di daerah dengan tingkat endemisitas malaria tinggi, sering kali orang
dewasa tidak menunjukkan gejala klinis meskipun darahnya mengandung parasit
malaria. Hal ini merupakan imunitas yang terjadi akibat infeksi yang
berulang-ulang. Limpa penderita biasanya membesar pada serangan pertama yang
berat/ setelah beberapa kali serangan dalam waktu yang lama. Bila dilakukan
pengobatan secara baik maka limpa akan berangsur-berangsur mengecil. Keluhan
pertama malaria adalah demam, menggigil, dan dapat disertai sakit kepala, mual,
muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Untuk penderita tersangka
malaria berat, dapat disertai satu atau lebih gejala berikut: gangguan
kesadaran dalam berbagai derajat, kejang-kejang, panas sangat tinggi, mata atau
tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan, nafas cepat,
muntah terus-menerus, tidak dapat makan minum, warna air seni seperti the tua
sampai kehitaman serta jumlah air seni kurang sampai tidak ada.
2. Masa inkubasi
Masa inkubasi dapat terjadi pada :
a.
Masa
inkubasi pada manusia (intrinsik)
Masa
inkubasi bervariasi pada masing-masing Plasmodium. Masa inkubasi pada inokulasi
darah lebih pendek dari infeksi sporozoid. Secara umum masa inkubasi Plasmodium
falsiparum adalah 9 sampai 14 hari, Plasmodium vivax adalah 12 sampai 17 hari,
Plasmodium ovale adalah 16 sampai 18 hari, sedangkan Plasmodium malariae bisa
18 sampai 40 hari. Infeksi melalui transfusi darah, masa inkubasinya tergantung
pada jumlah parasit yang masuk dan biasanya bisa sampai kira-kira 2 bulan.
b.
Masa
inkubasi pada nyamuk (ekstrinsik)
Setelah
darah masuk kedalam usus nyamuk maka protein eritrosit akan dicerna oeleh enzim
tripsin kemudian oleh enzim aminopeptidase dan selanjutnya karboksipeptidase,
sedangkan komponen karbohidrat akan dicerna oleh glikosidase. Gametosit yang
matang dalam darah akan segera keluar dari eritrosit selanjutnya akan mengalami
proses pematangan dalam usus nyamuk untuk menjadi gamet (melalui fase
gametogenesis). Adapun masa inkubasi atau lamanya stadium sporogoni pada nyamuk
adalah Plasmodium vivax 8-10 hari, Plasmodium palsifarum 9-10 hari, Plasmodium ovale
12-14 hari dan Plasmodium malariae 14-16 hari.
Dalam penyakit malaria
ini yang dibahas oleh Teori AUGUSTE COMTE
1.
Tahap Teologis
Dalam
tahap ini meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini dikendalikan
oleh kekuatan supranatural yang dimiliki oleh para Dewa, roh, atau tuhan.
Pemikiran ini menjadi dasar yang kuat ntuk menjelaskan segala fenomena yang
terjadi di sekitar manusia, sehingga terkesan irasional, dalam bidang kesehatan
penyakit malaria masyarakat dahulu tidak pergi berobat ke dokter mereka
meyakini hanya kepada tuhan atau dewa penyakit ini akan sembuh.
2.
Tahap Metafisik
Pada
tahap ini manusia mengalami pergeseran cara berpikir. Tahap teologi, semua
fenomena yang terjadi disekitar manusia sebagai akibat dari kehendak roh, dewa,
atau tuhan. Namun tahap metafisik adalah tahap transisi dari teologi ke tahap positif. Dimana segala
gejala sosial terdapat kekuatan yang dapat terungkapkan (ditemukan dengan akal
budi). Namun disini belum adanya verifikasi. Mekipun penerangan dari alam
sendiri tapi belum berpangkal pada data empiris. Dalam penyakit
medis mereka berpikir kalau penyakit malaria ini adalah kiriman dari dukun.
3.
Tahap Positifisme
Pada
tahap ini semua gejala alam atau fenomena yang terjadi dapat di jelaskan secara
ilmiah berdasarkan dari peninjauan, pengujian, dan dapat di buktikan secara
empiris. Dalam penyakit malaria penyebabnya dari faktok virus/bakteri.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Malaria
merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam
darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan
splenomegali. Terdapat beberapa parasit yang dapat menyebabkan penyakit
malaria, yaitu plasmodium falciparum, vivax, malaria dan ovale. Parasit ini
menggunakan nyamuk sebagai hospes definitifnya, yaitu nyamuk Anopheles. Gejala
klinis penyakit ini terdiri dari 3 tahap, yaitu periode dingin, periode panas
dan periode berkeringat.
Penularan
penyakit ini bias secara alami, yaitu melalui gigitan langsung nyamuk anopheles
dan secara tidak alami yaitu secara bawaan dan secra mekanik. Diagnosanya dapat
dilihat dari manifestasi klinis yaitu terjadinya demam, imunnoserologi yaitu
ditemukannya antigen HRP-2, pLDH dan aldolase dan lewat pemeriksaan mikroskopik
yaitu melihat morfologi sel darah merah yang terinfeksi dan melihat asam
nukleat pada parasit. Malaria ini dapat menyebabkan rasa sakit, gangguan otak
hingga menyebabkan kematian.
Pemeriksaan
dapat dilakukan dengan lima metode, yaitu yang pertama menggunakan mikroskopik
cahaya dengan melihat morfologi eritrosit yang terinfeksi, yang kedua
menggunakan mikroskop flouresensi dengan melihat asam nukleat yang terdapat
diparasit, yang ketiga dengan menggunakan metode rapid test yaitu identifikasi
antigen yang terdapat pada serum sampel, yang keempat menggunakan dip-stick
yaitu identifikasi antigen parasit malaria yang terdapat dalam serum sampel,
yang kelima dengan menggunakan PCR yaitu dengan menggandakan sekuens DNA/RNA
yang spesifik dengan menggunakan primer oligonukleotida yang spesifik pula lalu
dibaca menggunakan elektroforesis.
3.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa agar
dapat Melakukan penyuluhan secara intensif guna memberikan pemahaman kepada
masyarakat tentang cara mencegah dan menanggulangi malaria yaitu dengan
memasang kasa nyamuk pada ventilasi rumah, menggunakan kelambu dan menggunakan
obat anti nyamuk waktu tidur. Melakukan kegiatan surveilens malaria secara
menyeluruh, baik pemantauan parasit dan spesies vektor serta kepadatan vektor
malaria.
Bagi masyarakat agar memperbaiki
lingkungan dalam rumah seperti pemasangan kasa nyamuk pada ventilasi rumah.
Menghindari gigitan nyamuk malaria dengan cara pemakaian kelambu dan
menggunakan obat anti nyamuk waktu tidur.
No comments:
Post a Comment